Awan Lenticularis Seperti Topi Menghiasi Langit Gunung Merapi Tadi Malam, Ini Penjelasan BMKG
Sebuah foto diunggah dalam akun Twitter TRC BPBD DIY menunjukkan pemandangan indah di langit Gunung Merapi pada Kamis (14/1/2021) malam.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sebuah foto diunggah dalam akun Twitter TRC BPBD DIY menunjukkan pemandangan indah di langit Gunung Merapi pada Kamis (14/1/2021) malam.
"Awan 'Lentikular Api' Kemis Kliwon 14/01 by P21 @Sumosulis," demikian tulisan di unggahan foto pukul 20.46 WIB itu.
Di bawah tulisan itu, terlihat jelas awan di atas puncak Gunung Merapi berpendar warna merah dan berbentuk cembung.
Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas, membenarkan fenomena tersebut merupakan awan lenticularis.
Baca juga: Gelar Monev Wilayah Hot Spot dan Replikasi, Pemkot Magelang Serius Wujudkan Kota Sehat
Baca juga: Angka Kematian Kasus Covid-19 Meroket, Dinkes Sleman: 1-11 Januari 2021 Ada 23 Pasien Meninggal
"Iya benar, awan tersebut adalah awan lenticularis," ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (15/1/2021).
Reni menjelaskan, awan lenticularis ini berbentuk seperti lensa, piring, atau topi. Sehingga masyarakat umum menyebutnya awan topi atau awan tudung/kanopi.
"Karena bentuknya seolah-olah yang menutupi atau menyelubungi puncak gunung," ungkapnya.
Menurut Reni, awan tersebut memang sering muncul di kawasan pegunungan.
"Proses terbentuknya awan lenticularis ini terjadi karena ada arus angin yang mengalir sejajar dengan permukaan bumi. Ketika di depan angin tersebut terhalang pegunungan, maka arus angin tersebut terhambat, kemudian mengalir secara vertikal menuju puncak awan," terangnya.
Baca juga: Rencana Everton Kontrak Rodriguez dengan Status Bebas Transfer
Baca juga: Tak Penuhi Persyaratan Kesehatan, Wali Kota Yogyakarta Gagal Disuntik Vaksin Covid-19
"Jika udara yang naik ke puncak awan tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka pada saat tiba pada suhu titik embun terjadi proses kondensasi atau pengembunan yang mengikuti kontur puncak pegunungan. Kontur pegunungan inilah yang dapat membentuk awan menyerupai lensa, piring, atau topi pada puncak gunung," sambungnya.
Sementara itu, pada periode yang sama dengan kejadian dalam foto tersebut, Gunung Merapi sedang mengeluarkan lava pijar dengan intensitas cukup tinggi.
Berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada Kamis (14/1/2021) pukul 18.00-24.00 WIB, teramati guguran lava pijar sebanyak 17 kali dengan intensitas kecil hingga sedang dan jarak luncur maksimum 600 meter ke arah hulu Kali Krasak.
"Guguran beberapa kali terjadi pada malam ini. Jarak luncur bervariasi, namun secara umum masih kurang dari 1 km," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, saat dihubungi, Kamis (14/1/2021) malam. (uti)