Kisah Relawan Penyelam Ikut Pencarian Kotak Hitam, Korban dan Pesawat Sriwijaya Air

penyelaman untuk membantu pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang hilang kontak sejak Sabtu (9/1//2021)

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
ADEK BERRY / AFP
Seorang penyelam angkatan laut menggunakan perangkat pelampung untuk mengambil puing-puing pesawat penumpang Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang bernasib malang selama operasi pemulihan di dekat Pulau Lancang pada 10 Januari 2021, setelah kecelakaan penerbangan SJ182 pada 9 Januari di Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas . 

Makmur dijadwalkan melakukan penyelaman pada Rabu (13/1/2021).

Dengan misi pencarian kotak hitam, korban, dan badan pesawat.

Ia menyebut dalam misi ini, menggunakan biaya sendiri.

"Itu biaya sendiri, karena kita di POSSI memang relawan yang tidak membutuhkan menunggu proposal misalnya, tidak. Memang ini sudah panggilan meskipun tidak sedikit biayanya," ujar Makmur.

Seorang penyelam TNI AL memegang puing-puing dari Sriwijaya Air SJY182 pada operasi pencarian dan penyelamatan di laut dekat pulau Lancang pada 10 Januari 2021.
Seorang penyelam TNI AL memegang puing-puing dari Sriwijaya Air SJY182 pada operasi pencarian dan penyelamatan di laut dekat pulau Lancang pada 10 Januari 2021. (ADEK BERRY / AFP)

Kisah Lain

Tim Leader Indonesia Divers Rescue Team IDRT Bayu Wardoyo menceritakan soal penyelaman untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sekitar pulau Laki dan pulau Lancang.

Menurut dia, kondisi cuaca di sekitar lokasi yang diduga jatuhnya pesawat cenderung cerah.

Namun pihaknya tidak menampik memiliki sejumlah masalah saat melakukan penyelaman.

"Cuma yang mesti kita dikasih tau mengenai kapan soal arus laut.

Tapi visibilitas (jarak pandang) enggak begitu bagus. Ini 3 meter saja sudah bagus," kata Bayu di Kapal Negara (KN) SAR Basudewa, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021).

Ia menuturkan jarak pandang yang pendek itu membuat tim penyelam akan kesulitan dalam proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

"Tingkat visibilitas itu dari jarak pandang. Kalau dia jarak penglihatannya dekat berarti airnya keruh.

Biasanya dekat daratan juga airnya keruh. Tapi dipengaruhi juga dengan arus. Kalau arus kencang itu sampahnya kebawa jadi lebih bening," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan waktu yang terbatas juga menjadi kendala tim penyelam.

Sebab, tim penyelam akan kesulitan melakukan proses pencarian jika memasuki malam hari.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved