BPS Catat Nilai Perdagangan Luar Negeri di DI Yogyakarta Masih Surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat, untuk bulan November 2020, nilai perdagangan luar negeri untuk DIY mengalami surplus sebesar USD 17,1 juta

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Thinkstock.com via kompas.com
ILUSTRASI - dollar AS 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nilai perdagangan luar negeri di DIY masih mengalami surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat, untuk bulan November 2020, nilai perdagangan luar negeri untuk DIY mengalami surplus sebesar USD 17,1 juta, di mana ekspor berada di angka USD 34,7 juta dan impor USD 17,6 juta.

Kepala BPS DIY, Heru Margono menjelaskan meskipun mengalami surplus di November, namun angka itu mengalami penurunan jika dibandingkan pada bulan Oktober yang surplusnya mencapai USD 33 juta.

Baca juga: PON XX Papua Semakin Dekat, Atlet Jalan Cepat DIY Terus Persiapkan Diri

Baca juga: Pemda DI Yogyakarta Dorong Peningkatan Ekspor non-Migas, Lakukan Fasilitasi Terhadap IKM dan UKM

"Sedangkan kalau kita akumulasikan dari januari sampai november 2020, surplus kita sebesar USD 241 juta. Ini mengalami penurunan dibandingkan akumulasi di bulan yang sama di tahun 2019 yang tercatat USD 282,6 juta," jelasnya Rabu (6/1/2021).

Sementara untuk nilai ekspor DIY November 2020 mencapai USD 34,7 juta atau turun 16,79 persen dibanding ekspor Oktober 2020.

Di mana pada oktober tercatat sebesar USD 41,7 juta.

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-November 2020 mencapai USD 353,7 juta atau turun 3,62 persen dibanding periode yang sama 2019.

Ia juga memaparkan bahwa di bulan November, Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama sebagai pangsa ekspor DIY.

"Kita mampu ekspor ke Amerika sebesar 36,6 persen dari seluruh ekspor kita atau USD 21,7 juta. Disusul Australia USD sebesar 4,4 juta (12,68 persen) dan Jerman USD 2,9 juta (8,36). Sampai dengan November 2020 kontribusi ketiga negara tersebut mencapai 52,79 persen," paparnya.

Adapun komoditas tertinggi untuk ekspor DIY yakni pakaian jadi bukan rajutan, perabot, penerangan rumah, dan barang-barang rajutan.

Baca juga: Bupati dan Sekda Bantul Bersedia Divaksin COVID-19

Baca juga: Antisipasi Erupsi Gunung Merapi, BPBD Kabupaten Magelang Siapkan Puluhan Genset

Ketiganya merupakan tiga kelompok komoditas dengan nilai ekspor tertinggi pada November 2020 masing-masing sebesar USD 10,4 juta, USD 5,8 juta dan USD 3,5 juta.

Sementara untuk impor pada November 2020 mencapai USD 17,6 juta atau naik 102,30 persen dibanding Oktober 2020. Secara kumulatif, nilai impor Januari-November 2020 mencapai USD 112,3 juta atau naik 33,06 persen dibanding periode yang sama 2019.

Negara pemasok barang impor terbesar selama November 2020 adalah Amerika Serikat dengan nilai USD 4,8 juta.

Kemudian disusul Tiongkok USD 3 juta dan Hongkong USD 2,8 juta.

"Lokomotif dan peralatan kereta api, kemudian filamen buatan serta yang ketiga adalah kopi, teh, rempah-rempah, merupakan tiga besar kelompok komoditas impor pada November 2020 masing-masing sebesar USD 3,5 juta, USD 1,9 juta dan USD 1,8 juta," jelasnya. (nto) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved