Pendidikan
Ini Keunggulan Akurasi GeNose C19 Dibanding Alat Pendeteksi COVID-19 Lain
GeNose C19 memiliki sensitivitas 89-92 persen, sedangkan spesifisitasnya mencapai 95-96 persen.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Alat pendeteksi COVID-19 melalui embusan napas, GeNose C19, mulai memasuki tahap adaptasi untuk masuk ke dalam ekosistem pemeriksaan massal COVID-19 di Indonesia.
Seorang anggota tim pembuat GeNose C19, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menjelaskan beberapa keunggulan alat buatan beberapa peneliti dari UGM ini dibanding alat deteksi COVID-19 lainnya.
Ia menuturkan, situasi terkini kasus baru Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 6800-7200 kasus/hari.
Namun, sekitar 80 persen kasus tersebut merupakan orang tanpa gejala (OTG).
Menurut Dian, rapid test antibodi mempunyai kelemahan dalam menentukan status seseorang saat ini.
Baca juga: GeNose C19 Besutan UGM Siap Didistribusikan Awal Tahun 2021
"Rapid test antibodi menentukan status kita 5-6 hari yang lalu. Salah satu bentuk kebijakan yang tidak tepat sasaran adalah menggunakan rapid test antibodi sebagai syarat perjalanan dan itu membuat banyak kasus yang lolos," ujarnya dalam webinar Sonjo Jogja 'Kebiasaan Baru: Screening GeNose di Tempat Keramaian', Minggu (3/1/2021) malam.
Sementara itu, lanjut Dian, rapid test antigen diketahui hanya sensitif 88 persen pada kasus-kasus yang bergejala, baik satu hari sebelum dan sesudahnya.
Adapun pada banyak kasus yang tidak bergejala sensitivitasnya turun hingga 50 persen saja.
Hal itu sudah terdapat dalam publikasi Torret et al, 2020, MedRivX.
Selanjutnya, ungkap Dian, polymerase chain reaction (PCR) masih menjadi patokan utama dalam deteksi COVID-19, tetapi permasalahannya ada pada cakupan yang kurang, harga mahal, serta harus dikerjakan laboratorium biosafety level (BSL) terbatas.
Sehingga saat ini masa selesai sejak diperiksa menggunakan PCR hingga keluar hasil, bisa sampai 1 minggu.
"Dari situlah kami membuat alat GeNose C19 untuk memeriksa pola volatile organic compound (VOC) pada virus COVID-19 menggunakan AI (kecerdasan buatan)," ucapnya.
Dian menerangkan, akurasi GeNose C19 didapatkan dari uji diagnostik pre-marketing (uji klinis) yang terdiri atas 2 tahap.
Tahap 1 dilakukan kepada 1.476 subjek pasien terduga COVID-19 dan tahap 2 kepada 523 subjek tambahan pada setting screening bebas populasi umum.
Baca juga: Dapat Izin Edar, GeNose C19 Ditargetkan Tersebar di Seluruh Indonesia Mulai Februari 2021