Yogyakarta

Dapat Izin Edar, GeNose C19 Ditargetkan Tersebar di Seluruh Indonesia Mulai Februari 2021

Pada Februari 2021, diharapkan kapasitas produksi GeNose C19 sudah bisa mencapai lebih dari 5.000 unit dan dapat dipakai di seluruh Indonesia.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Tangkapan layar Konferensi Pers melalui kanal YouTube Kemenristek/BRIN, Senin (28/12/2020). 
Suasana Konferensi Pers melalui kanal YouTube Kemenristek/BRIN, Senin (28/12/2020).  

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Alat deteksi cepat COVID-19 melalui embusan napas manusia buatan tim peneliti UGM yakni GeNose C19, telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, dengan diperolehnya izin edar maka GeNose C19 sudah bisa diproduksi massal untuk masyarakat dalam upaya melakukan screening. 

Secara garis besar, ungkap Bambang, kelebihan GeNose C19 adalah non-invasif (hanya membutuhkan sampel napas), hasil lebih cepat diketahui (tidak lebih dari 5 menit), tidak memerlukan reagen dan bahan kimia lain, biaya tes terjangkau, reliabilitas tinggi, serta data terhubung ke cloud system (IoT) untuk diakses online sehingga membantu proses tracing dan tracking.

Baca juga: GeNose C19 dan Uji CePAD Diharapkan Mampu Akselerasi Screening COVID-19 di Indonesia

"Teknologi dan desain lokal, yang masih import adalah komponen elektroniknya," ucapnya dalam Konferensi Pers melalui kanal YouTube Kemenristek/BRIN, Senin (28/12/2020). 

GeNose C19 saat ini sudah dipasang di beberapa rumah sakit.

Alat ini memiliki sensitivitas 92 persen dan spesifisitas 95 persen.

Bambang mengungkapkan, pada Februari 2021, diharapkan kapasitas produksi GeNose C19 sudah bisa mencapai lebih dari 5.000 unit dan dapat dipakai di seluruh Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko memberikan saran agar target testing GeNose C19 dapat diprioritaskan di pabrik-pabrik, industri, bandara, sekolah, dan perkantoran. 

"Kita perlu mempresentasikan ini kepada Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan, Menteri Pariwisata, Menpan-RB, dan Mendagri untuk bisa meng-cover itu. Agar produktivitas pabrik tidak turun, sekolah kalau ada kebijakan bisa dimulai, pariwisata bisa bergerak, perkantoran mengurangi WFH (bekerja dari rumah). Untuk itu saran saya kalau target produksi sampai Februari hanya 5.000, perlu dipikirkan agar minimum 30.000 per bulan," bebernya.

Baca juga: Beginilah Cara Kerja GeNose, Alat Deteksi COVID-19 Buatan UGM yang Hasilnya Bisa Keluar 2 Menit

Selain itu, lanjut Moeldoko, untuk kepentingan seperti bepergian, perlu dipikirkan siapa yang dapat memberi otorisasi sehingga masyarakat bisa masuk ke bandara dengan tenang. 

Seorang anggota tim pembuat GeNose C19, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menerangkan saat ini GeNose C19 sudah dapat dipesan dan sudah cukup banyak pihak melakukan pemesanan.

Bahkan, hingga salah satu perusahaan besar di Singapura. 

"Sudah bisa dipesan dan sudah ada cukup banyak yang memesan setelah keluar izin edar. Dari luar negeri ada salah satu perusahaan besar yang berbasis di Singapura. Tapi kami memprioritaskan permintaan dalam negeri dulu," ungkapnya. 

"Saat ini produksi 100 unit sudah ludes, mohon doanya akhir Januari mampu memproduksi 2.000 lagi dan 5.000 pada pertengahan Februari. Target kami ke depan bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 10.000 unit per bulan. Mohon dukungannya," sambung Dian. ( Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved