Kabupaten Sleman
Pantau Kondisi Siswa, Guru Diminta Kunjungi Barak Pengungsian Gunung Merapi
Pantau Kondisi Siswa, Guru Diminta Kunjungi Barak Pengungsian Gunung Merapi
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman ingatkan sekolah untuk memperhatikan siswa yang belajar di barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Ery Widaryana mengatakan memang tidak ada sekolah yang berada di dalam radius bahaya 5 KM dari puncak Merapi.
Sekolah terdekat dari puncak yakni SDN Srunen, SDN Glagaharjo, dan SD Muhammadiyah Cepitsari.
Namun demikian, ada siswa yang ikut mengungsi karena memang tinggalnya di daerah rawan yakni di Kalitengah Lor.
"Dari tiga sekolah itu, memang ada siswa yang rumahnya di Kalitengah Lor, sehingga ada yang harus mengungsi. Kalau jumlah ya tidak banyak.
Sekolah paling dekat dengan Merapi itu SD Srunen, tetapi jaraknya 7 sampai 8 km dari puncak. Sekolah yang masuk 5 km tidak ada,"katanya pada Tribun Jogja, Minggu (03/01/2021).
Baca juga: Liburan Berakhir, Rencana Penerapan Minggu Tenang Covid-19 di Sleman Diputusan Esok Hari
Baca juga: Langgar Aturan Tahun Baru, Satpol PP Sleman Beri SP ke Beberapa Cafe di Sleman
Meski berada di pengungsian, Ery menyebut pembelajaran berjalan lancar. Pembelajaran dilakukan secara daring.
Namun demikian, ia terus mengingatkan sekolah agar siswa di pengungsian ditengok.
"Kami minta agar bapak-ibu guru memperhatikan siswanya, terutama yang berada di pengungsian. Saat ini memang pembelajaran masih jarak jauh atau daring, tetapi kami minta agar sekali waktu guru menengok ke pengungsian. Jangan sampai siswa tidak diperhatikan,"sambungnya.
Ia melanjutkan Pemerintah Kabupaten Sleman telah menyediakan WiFi di barak pengungsian Glagaharjo. Sehingga siswa dapat memanfaatkan WiFi tersebut untuk belajar daring.
Justru di barak pengungsian proses belajar siswa lebih lancar. Sebab ada beberapa daerah yang tidak bisa mengakses internet. Selain internet, siswa juga dimudahkan dengan adanya relawan yang membantu belajar.
"Di pengungsian relatif lebih lancar, kalau di rumah malah kadang terkendala sinyal. Tetapi di pengungsian ada WiFi, sehingga lebih lancar,"lanjutnya. (Tribunjogja/Christi Mahatma Wardhani)