Masih Pandemi, Bagaimana Persiapan Pembelajaran Tatap Muka di DI Yogyakarta?

Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi mulai mempersiapkan pola pembelajaran tatap muka di era adaptasi kebiasaan baru

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
SC line
Ilustrasi pembelajaran secara daring 

Pihak kampus sebenarnya sudah memberlakuka pembelajaran tatap muka terutama untuk kegiatan-kegiatan yang tak bisa dilakukan secara daring. Semisal semisal penelitian di laboratorium dan kuliah lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Namun begitu kuliah dengan materi teori masih diarahkan untuk dilaksanakan secara daring.

Berbagai persiapan pun sudah dilakukan dengan fokus pada sosialisasi penerapan protokol kesehatan. Bahkan pihaknya juga menggelar swab test massal pada sekitar 900 dosen dan tenaga pengajar.

Swab test ini dilaksanakan sejak 10 Desember hingga 18 Desember 2020.

Namun Ketua Satgas Covid-19 UPN "Veteran" Yogyakarta, Dr Eko Teguh Paripurna mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan di luar kampus.

"Kalau di kampus kita bisa menjaga protokol kesehatan, tapi kalau di luar kampus enggak sama saja. Kita harus lihat apakah lingkungan kampus sudah siap untuk (pembelajaran) luring," ujarnya saat dihubungi, Senin (14/12/2020).

Pemerintah Harus Beri Jaminan Adanya Prokes di Sekolah

Anggota Pansus Pendidikan DPRD Kota Yogyakarta, Triyono Hari Kuncoro mendorong pemerintah untuk memberikan jaminan penerapan protokol kesehatan di sekolah jika pembelajaran tatap muka benar-benar akan dimulai kembali pada kisaran Januari mendatang.

"Kalau mau mulai tatap muka lagi, harus ketat. Artinya tidak boleh serampangan, waton mlebu kabeh, kan tidak bisa ya, harus ada pola-pola terpadu dari sisi kesehatan, maupun capaian siswanya juga," ungkap Kuncoro.

"Sekarang kita lihat capaian siswa kalau dari sisi mutu sangat menurun, karena belajar daring itu. Kurikulum bisa tercapai 60 persen saja sudah bagus ya," imbuhnya.

Ia menyebut, orang tua, atau wali murid, memegang peran penting dalam rencana pembelajaran di tengah pandemi ini. Pemerintah tidak boleh memaksakan anak untuk kembali beraktivitas di sekolah tanpa restu orang tuanya, karena situasi pagebluk memang belum berakhir.

"Ya, orang tua harus dilibatkan, ditawarkan istilahnya ya. Gimana, anakmu mau berangkat sekolah, atau tetap belajar di rumah dulu? Mungkin begitu," katanya.

(TRIBUNJOGJA.COM | Maruthi | Miftahul Huda | Azka | Christi Mahatma)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved