Lebih dari 100 Pendaftar, RS UII Bantul Tutup Pendaftaran Vaksinasi Covid-19
Humas RS UII, Seffudin Sudarmadi menyampaikan, animo masyarakat yang mendaftar dan bersedia di-vaksin mandiri cukup baik.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia (RS UII) Bantul menutup pendaftaran vaksinasi coronavirus disease-2019 (Covid-19), setelah sebelumnya membuka selama tiga hari.
Penutupan pendaftaran vaksinasi tersebut, dengan mempertimbangkan kebutuhan vaksin dan anggaran rumah sakit yang dinilainya terbatas.
Humas RS UII, Seffudin Sudarmadi menyampaikan, animo masyarakat yang mendaftar dan bersedia di-vaksin mandiri cukup baik.
Namun demikian, pihaknya tidak bisa membeberkan data secara rinci kepada publik, berapa orang yang sudah mendaftar.
Baca juga: Jelang Libur Akhir Tahun, Dinas Pariwisata Gunungkidul Pastikan Sarpras Prokes di Obwis Siap
Baca juga: Pemda DIY dan BBPOM Bekerjasama Tingkatkan Potensi UMKM Melalui Edukasi Keamanan Produk
Ia hanya menyebutkan, hingga akhir penutupan sudah ada kisaran 100 orang lebih yang mendaftar.
"Jumlah animonya cukup baik. Tapi karena data manajemen, belum bisa kami publish," ungkap dia, dikonfirmasi Senin (14/12/2020)
Pendaftaran vaksinasi di RS UII ditutup terhitung mulai tanggal 14 Desember 2020 pukul 00.00 WIB.
Menurutnya, penutupan pendaftaran karena pihak rumah sakit memang tidak menyetok ketersediaan vaksin terlalu banyak.
Sebab, sebagai rumah sakit swasta, menurut dia, pihaknya harus membiayai sendiri terlebih dahulu pembelian vaksin.
Apalagi, kata dia, nantinya bukan hanya ada satu merk vaksin.
Melainkan ada beberapa merek vaksin yang akan dibeli sesuai dengan anjuran pemerintah.
Ia memperkirakan ada 3-5 merek vaksin.
Seffudin berhitung, seandainya satu merek vaksin pihak rumah sakit membeli 200 dosis, sedangkan satu kali vaksinasi membutuhkan 2 kali dengan masa interval 14 hari, maka satu merek vaksin setidaknya membutuhkan 400 dosis.
Apabila ada lima merek vaksin maka setidaknya membutuhkan 2.000 dosis vaksin.
"Misalkan 2.000 dosis vaksin dikali Rp 100 ribu per dosis, sudah Rp 200 juta," ungkap dia.