DPRD DIY : 80 Persen Siswa di DI Yogyakarta Alami Masalah Psikososial Selama Belajar Daring
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak mendapat keluhan dari wali murid yang menanti kebijakan
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak mendapat keluhan dari wali murid yang menanti kebijakan sekolah tatap muka agar segera diterbitkan.
Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Sofyan Setyo Darmawan mengatakan dampak psikologis para siswa sangat berpengaruh dengan adanya pembelajaran secara virtual atau dalam jaringan (daring) akibat pendemi Covid-19.
Data Komisi D DPRD DIY mencatat, mayoritas para siswa merasa bosan, sedih, tertekan, kesepian, tidak nyaman, dan bingung atas pembelajaran secara virtual yang selama ini dilakukan.
Baca juga: Balai PSRW Dinsos DIY Lakukan Inovasi pada Program Pelayanan Terkait Permasalahan Sosial
Baca juga: Baru 40 Persen SMK/SMA di DIY Siap Belajar Luring, Disdikpora DIY Lakukan Pertimbangan
"Persoalan psikososial mengintai mereka. Banyak anak-anak itu merasa bosan, sedih, kesepian dan bingung. Itu dialami hampir seluruh para siswa," katanya, saat memimpin diskusi di gedung DPRD bersama Disdikpora DIY, Jumat (11/12/2020).
Presentase masalah psikossosial dari data Komisi D DPRD DIY menyebut, 84 persen dialami siswa SD, 96 persen dirasakan oleh siswa SMP, dan 88 persen siswa SMA/SMK.
Hal ini menjadi persoalan serius dan sangat mendesak. Sehingga dirinya berharap pemerintah DIY dapat menemukan solusi agar para siswa tersebut tetap bersemangat untuk belajar.
"Angkanya di atas 80 persen. Mereka sedih dan bosan. Karena gadget bikin malas, komunikasi dengan orang tua terbata-bata," imbuhnya.
Sofyan berharap, persoalan tersebut benar-benar direspon oleh pemerintah DIY agar ratusan siswa-siswi di DIY tetap memiliki semangat untuk belajar.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, terkait beberapa solusi yang dikemukakan antara lain dengan cara mengkombinasikan belajar daring dan luring turut diapresiasi olehnya.
Apa pun kebijakan yang diambil oleh pemerintah DIY, kalangan dewan bersedia untuk tetap mendukung dengan catatan penerapan prokes menjadi hal utama yang diperhatikan.
"Ini bukan soal ketakutan untuk tatap muka atau tidak, saya kira perlu dirumuskan. Bagaimana pembelajaran itu jadi inovatif, komunikatif, kreatif, dan variatif," ujarnya.
Baca juga: Dinsos DIY : Angka Rehabilitasi Wanita Meningkat 80 Persen, Terbanyak Soal KDRT dan Kehamilan
Baca juga: UMKM Didorong Ikut Serta di Setiap Marketplace untuk Memperluas Pangsa Pasar
Sementara tanggapan terkait kombinasi pembelajaran daring dan luring, Sofyan turut menyambut hal itu, dengan catatan harus dibagi porsi pelaksanaannya.
Selain itu, ia juga menegaskan agar kebijakan yang nantinya diambil harus mempertimbangkan aman sesuai prokes, nyaman sesuai psikologis, dan mapan secara spiritual.
"Bagaimana pun itu semuanya harus aman secar prokes, nyaman secara psikologis dan mapan secara mental atau spiritual. Makanya harus dibagi porsinya. Daring berapa persen, luring berapa persen," ungkap Sofyan.
Secara prinsip, legislatif DIY siap mendukung apabila Disdikpora DIY membutuhkan anggaran untuk peningkatan kualitas sarpras dan SDM. (hda)