Covid-19 Dikabarkan Tewaskan Lebih dari 50 Ribu Orang di Korea Utara
Pandemi covid-19 dikabarkan menewaskan lebih dari 50 ribu orang di sebuah fasilitas karantina rahasia di Korea Utara.
Perusahaan yang coba diretas hacker Korea Utara salah satunya adalah raksasa farmasi AS, Johnson & Johnson.
Sejumlah sumber, yang terlibat dalam penyelidikan dugaan peretasan, mengatakan upaya peretasan tersebut dimulai pada Agustus dan September.
Ketika itu, perlombaan untuk mengembangkan vaksin virus corona semakin meningkat di antara perusahaan farmasi di AS, Inggris, Korea Selatan dan lainnya, menurut laporan oleh Reuters dan The Wall Street Journal.
Sementara itu, Kim Jong Un belum mengonfirmasi satu pun kasus virus korona di Korea Utara.
Namun, pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan laporan tersbeut cukup meragukan karena Korea Utara dan China terlibat dalam perdagangan yang signifikan.
Selain itu, Korea Utara baru menutup perbatasannya tak lama setelah Covid-19 benar-benar menyebar pada awal 2020.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha mengungkapkan ketidakpercayaannya bahwa Korea Utara tidak memiliki satu pun kasus Covid-19.
Hal itu dia ungkapkan ketika berpidato dalam konferensi keamanan tahunan, International Institute for Strategic Studies (IISS), di Bahrain pada Sabtu (5/12/2020).
“Semua tanda adalah bahwa rezim (Korea Utara) sangat fokus pada pengendalian penyakit yang mereka katakan tidak mereka miliki.
Ini situasi yang agak aneh,” kata Kang, menurut laporan Channel News Asia.
Dalam perkembangan terbaru pekan ini, sebuah laporan yang mengutip intelijen Jepang mengeklaim Kim Jong Un dan pejabat tinggi Korea Utara lainnya telah diberi vaksin Covid-19 oleh pemerintah China.
Laporan yang dipublikasikan secara online oleh lembaga bernama 19FortyFive mengkelaim bahwa Kim Jong Un dan beberapa pejabat Korea Utara diberi vaksin dalam dua hingga tiga pekan terakhir. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul 50.000 Orang Dilaporkan Tewas di Kamp Karantina Covid-19 Rahasia Korea Utara