Pendidikan
Akademisi UGM Sarankan Pendekatan Kultural dan Dialog dalam Penanganan Kekerasan di Papua
Pendekatan keamanan secara tradisional seperti mengerahkan pasukan tak lagi jadi pilihan.
Menurut dia, pemerintah telah menempuh sejumlah pendekatan agar kekerasan di Papua tak terulang.
Pendekatan keamanan secara tradisional seperti mengerahkan pasukan tak lagi jadi pilihan.
“Tapi pendekatan yang menjawab kebutuhan masyarakat agar bisa berubah. Kesehatan, pendidikan, ekonomi diperbaiki,” ujarnya.
Hanya saja, kata dia, sekelompok orang, terutama KKB, tak peduli dengan langkah pemerintah.
“Mereka harus didekati secara kultural dan dialog. Di titik ini, pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Tokoh agama dan masyarakat harus dirangkul,” kata pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM ini.
Gabriel menyebut dua langkah itu menjadi upaya penanganan kekerasan vertikal di Papua.
Adapun kekerasan horizontal diselesaikan melalui transformasi nilai konflik yang mencuat saat momen tertentu, seperti Pilkada.
“Kami melakukan advokasi ke pemda bagaimana nilai kekerasan secara kultural itu ditransformasi ke nilai yang lebih damai,” ujarnya.
Menurutnya, temuan riset ini akan terus diperbarui dan menjadi bekal bagi pemerintah dan pemda untuk meretas jalan damai di Papua.
“Satu kasus saja bisa membuat buyar berbagai terobosan positif pemerintah. Banyak capaian pembangunan kalah gaungnya dengan satu kasus kekerasan,” kata Gabriel.
Baca juga: Baku Tembak TNI vs KKB Papua Terjadi di Kabupaten Nduga, Tiga Prajurit Dilaporkan Alami Luka Tembak
Harapan untuk Papua damai pun disuarakan generasi mudanya.
“Papua yang damai itu sudah menjadi harapan yang melekat di diri kita sebagai manusia,” ujar Hemi Enumbi, mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Menurutnya, banyak hal harus dibenahi oleh pemerintah daerah dan diperlukan interaksi yang baik oleh warga di sana yang beragam.
“Kejadian-kejadian di Papua adalah kurang pemimpin yang bijak dan kurangnya pemahaman kepada masyarakat Papua,” kata dia.
Namun ia percaya Papua dapat dibenahi melalui pendidikan yang merata bagi warga setempat.
“Jadi intinya kembali ke pendidikan karena dari pendidikan itu bisa membawa Papua bisa lebih maju dan bisa hidup dengan damai,” kata Hemi. (TRIBUNJOGJA.COM)