Berita Seni dan Budaya
10 Pitutur Semar Badranaya dalam Lakon Semar Mbangun Jiwo : Eling Lan Waspodo
Lakon Semar Mbangun Jiwo ini berkisah tentang sepenggal drama kekecewaan internal keluarga Amarta, yang nyaris berujung perang antara anak dan bapak
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Wayang kulit lakon Semar Mbangun Jiwo ini sebenarnya merupakan pentas ulangan lakon serupa 1 November 2020 lalu.
Lakon ini berkisah tentang sepenggal drama kekecewaan internal keluarga Amarta, yang nyaris berujung peperangan antara anak dan bapak.
Bermula ketika Prabu Setijo alias Boma Narokosuro curhat di hadapan patih dan saudaranya, Antarejo.
Boma Narokosuro ini putra Prabu Kresna dari Dwarawati. Sementara Antareja putra Werkudoro dari Jodipati.
Boma merasa dirinya dianaktirikan ayahnya, karena lebih memilih Gatotkaca sebagai penerima wahyu/pusaka dan kesaktian yang istimewa.
Kekecewaan Boma disambut perasaan sama oleh Antareja, yang merasa ayahnya Werkudoro lebih mengistimewakan adiknya, Gatotkaca.
Baca juga: Sambil Terbata-bata, Sinden Elisha Ucapkan Selamat Hari Ayah untuk Almarhum Ki Seno Nugroho
Di tengah acara curhat itu, datanglah dua tokoh tua Astina, Begawan Durna dari Sokalima dan Patih Sengkuni dari Plosojenar.
Lewat nasihatnya yang halus, Durna dan Sengkuni meminta Boma memperingatkan ayahnya tentang sikap menganaktirikan putra-putranya.
Menurut Durna, jika cara baik-baik tidak didengar Prabu Kresna, tidak ada salahnya diselesaikan secara ksatria. Provokasi ini berhasil mempengaruhi Setijo.
Emosi Boma dan Antarejo meledak. Mereka memerintahkan pasukan raksasa dari Trajutrisna, segera berangkat “nglurug” ke Amarto.
Prabu Kresna mereka perkirakan sedang berada di Kerajaaan Amarta, bukan di Kraton Dwarawati. Begitu juga Werkudara atau Bima.
Kabar kemarahan Boma dan Antareja itu sampai ke telinga Antasena dan Gatotkaca. Di tengah jalan, Antasena mencegat kakaknya, Antarejo.
Kepada adiknya, Antareja bersikeras ingin menemui ayahnya, Werkudoro, supaya tidak pilih kasih. Ia mengancam akan melawan ayahnya jika permintaannya tak dituruti.
Baca juga: Orang Dekat Ungkap Detik-detik Terakhir Ki Seno Nugroho, Bapak Meninggal dengan Wajah Tersenyum
Antasena Gagal Meredam Emosi Kakaknya
Antaseno terkejut, terus mengingatkan kakaknya supaya tidak melawan sang ayah. Karena tak bisa diredakan, Antarejo menyerang Antasena.
Keduanya berkelahi, hingga Antasena berhasil menekuk leher Antareja. Putra Werkudara yang sakti itu terus dinasihati supaya sadar, tidak melawan orangtua.
Tiba-tiba Prabu Boma datang membantu Antareja. Antasena ditendang, lalu lari ke Padepokan Karangkadempel, kediaman Semar dan anak-anaknya.
Prabu Kresna, Werkudara dan saudara-saudaranya ternyata tengah berada di tempat itu, bukan di Amarta.