Angka Kematian Ibu di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Luncurkan Kader Srikandi Sehat 

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul saat ini terus berupaya, agar dapat menanggulanginya. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu, dengan meluncurkan

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Tribunjogja/ Ahmad Syarifudin
Pjs Bupati Bantul Budi Wibowo, didampingi Sekda Bantul Helmi Jamharis dan Kadinkes Bantul Agus Budi Rahardjo, meluncurkan Srikandi Sehat bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan Nasional 2020, di hall Husada, kantor dinas setempat, Kamis (12/11/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Bumi Projotamansari masih sangat tinggi.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul saat ini terus berupaya, agar dapat menanggulanginya. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu, dengan meluncurkan Kader Srikandi Sehat. 

Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Rahardjo mengungkapkan, angka kematian Ibu di Kabupaten Bantul memang tinggi. Terbukti, dari Januari hingga awal November saja tercatat sudah ada 17 kematian Ibu.

Jumlah tersebut, mengalami kenaikan dibanding tahun 2019, yaitu 13 kasus dan 14 kasus pada tahun 2018 lalu. 

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta : Tambahan 79 Kasus Baru Pada 12 November 2020

Baca juga: BSN bersama Pemda DI Yogyakarta Promosikan Produk Standar Nasional Indonesia

Karena jumlah kematian yang tinggi itu, menurut Agus, keberadaan kader Srikandi sehat yang beranggotakan 225 orang dan tersebar di 75 Desa menjadi sangat penting.

"Mereka dimohonkan untuk sama-sama bersinergi dan membantu Dinas Kesehatan, menurunkan angka kematian ibu," kata Agus, seusai peluncuran Srikandi sehat bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun 2020, yang digelar secara virtual di hall Husada, kantor Dinas setempat, Kamis (12/11/2020). 

Tugas utama Srikandi sehat, menurut dia, adalah mengidentifikasi keberadaan Ibu hamil dengan resiko tinggi, Ibu hamil yang tidak memeriksakan kesehatan kandungan, dan Ibu hamil yang sedang membutuhkan pertolongan persalinan.

Harapannya, melalui identifikasi itu, maka menjadi langkah awal, mengantisipasi terjadinya kematian terhadap Ibu dan anak. 

Agus mengatakan, faktor kematian Ibu di Bantul beragam. Tetapi kenaikan tahun ini, cenderung disebabkan karena pandemi Covid-19.

Sebab, adanya pandemi membuat pemeriksaan antara Ibu hamil dan dokter kandungan menjadi terbatas.

Faktor kedua, karena limpahan dari luar daerah.

Menurut Agus, pandemi menyebabakan banyak Ibu hamil yang awalnya tinggal di luar daerah, memilih pulang ke Bantul.

Sehingga rekam medis kesehatan Ibu sebelumnya tidak terpantau. 

Baca juga: UPDATE Peta Sebaran Kasus Baru Covid-19 Kamis 12 November 2020, Berikut Data Rinci di 34 Provinsi

Baca juga: CATAT, Mulai 16 November 2020 Aturan Semi Pedestrian Malioboro akan Ditetapkan

"Akhirnya terjadi kegawatdaruratan dan meninggal dunia," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Bantul, Karjiyem mengatakan, 225 kader Srikandi sehat yang diluncurkan pada Hari Kesehatan Nasional itu saat ini sudah bekerja.

Mereka tersebar di 75 desa, dengan jumlah masing-masing desa, memiliki 3 Srikandi sehat. Dengan harapan, semua ibu hamil, nifas dan Bayi yang ada di masing-masing des semuanya terdata. 

"Ibu hamil itu sekarang bukan hanya milik keluarga, tetapi milik masyarakat, dan Pemerintah. Maka dari itu, melalui bantuan dari Srikandi sehat, supaya semua Ibu hamil ditemukan. Kemudian dimonitor melalui grup WhatsApp. Apabila ada yang beresiko, maka langsung dirawat," ujar dia. (Rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved