Kota Yogyakarta
Terimbas Penerapan Semi Pedestrian, Besok Ratusan Pengusaha Malioboro Longmarch ke Kepatihan
Ratusan anggota PPMAY berencana akan menggelar longmarch ke Kepatihan untuk mengadu kepada Sultan HB X terkait kebijakan semi pedestrian Malioboro
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ratusan pengusaha yang tergabung dalam Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) berenca untuk menggelar longmarch ke Kepatihan guna mengadu kepada Sultan Hamengku Buwono X terkait dengan kebijakan semi pedestrian Malioboro.
Mereka mengaku kebijakan tersebut memberikan dampak penurunan omset.
Kepada Gubernur, para pengusaha ingin menyampaikan usulan agar kebijakan Malioboro semi pedestrian dapat mengakomodir semua pihak termasuk para pedagang.
"Iya benar, rencananya besok(Selasa besok-red) kami akan longmarch dari Ria Busana ke Kantor Kepatihan.
Ada ratusan pengusaha yang ikut serta, usulannya akan kami sampaikan dengan damai," kata Koordinator PPMAY, Karyanto Yudomulyono, Senin (9/11/2020).
Dia menyampaikan, rencana sowan ke pembuat kebijakan itu nantinya diharapkan dapat mendengar suara masyarakat yang terdampak dari kebijakan Malioboro semi pedestrian.
Baca juga: Pemda DI Yogyakarta Tetap Jalankan Semi Pedestrian Malioboro untuk Kenyamanan Wisatawan
Baca juga: Siap Dengar Semua Masukan, Pemkot Yogya aKAN Keluarkan Kajian Uji Coba Pedestrian Malioboro
Apalagi para pengusaha dan pedagang di Malioboro masih belum keluar dari dampak pandemi Covid-19 dan ditambah pula dengan kebijakan Malioboro semi pedestrian itu.
"Nanti kami sampaikan semuanya. Apa yang dirasakan oleh pengusaha dan semoga bisa menjadi pertimbangan pembuat kebijakan," katanya.
Ketua PPMAY, Sadana Mulyono mengatakan, omzet pedagang turun drastis semenjak diberlakukannya uji coba semi pedestrian Malioboro.
Meski tidak menyebut nominal rupiah yang hilang, dia menyatakan secara rerata pengusaha hanya mendapat omzet 20 persen saja semenjak kebijakan itu berlaku.
"Bahkan ada pengusaha yang mengaku sama sekali tidak dikunjungi pembeli. Itu bagaimana, padahal dia mesti bayar gaji karyawan, ongkos operasional dan lain sebagainya," kata Sadana.
Dia melanjutkan, selama ini begitu banyak orang yang menggantungkan hidup dan mencari rezeki di Malioboro.
Kini, dengan diberlakukannya kebijakan semi pedestrian pendapatan para pelaku usaha terancam hilang akibat sepinya pengunjung.
"Lagi pula selama ini Malioboro ini sudah menjadi ikon pariwisata di Jogja. Keberadaan usaha dan pedagang menjadi pelengkap, kalau sepi begini kan bisa tercoreng pariwisata Malioboro," pungkas dia. (Tribunjogja/Yosef Leon Pinsker)