Digitalisasi Pasar Rakyat Berkolaborasi dengan Startup Lokal Bantu Pedagang Pasarkan Produk
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) RI mendorong koperasi dan pedagang pasar tradisional
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) RI mendorong koperasi dan pedagang pasar tradisional untuk mulai merambah pangsa pasar online.
Beberapa agenda telah disiapkan untuk merealisasikan tujuan tersebut, salah satunya melalui program “Pengembangan Pasar Rakyat” yang berfokus pada proses digitalisasi pasar.
Di DIY program ini dimulai di dua pasar, yakni Pasar Ngoto dan Pasar Piyungan.
Program ini akan berlangsung mulai tanggal 9 November 2020 hingga 31 Desember 2020 bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Perihal proses digitalisasi, Kemenkop UKM menggunakan platform digital yang dikembangkan oleh inovator lokal, yakni Titipku.
Baca juga: Sepekan Uji Coba Semi Pedestrian, Kualitas Udara di Kawasan Malioboro Membaik
Baca juga: Admisi Promosi UKDW dan BNI Cabang UGM Bersinergi Adakan Bantuan 1.000 Masker
Kemenkop UKM melalui tim Titipku nantinya akan memandu pedagang di kedua pasar untuk memulai berjualan secara online.
CEO Titipku, Henri Suhardja saat ditemui di Pasar Piyungan Senin (9/11/2020) mengatakan bahwa pihaknya bersama Kemenkop UKM berencana untuk mendigitalkan seluruh pasar rakyat di Indonesia yang berjumlah 832 pasar.
Berbeda dengan marketplace lainnya, di sini satu persatu kios, pedagang akan dibuatkan toko onlinenya.
Ia mengungkapkan bahwa pelaku UMKM dan pedagang pasar sebenarnya kesulitan untuk masuk digital.
Hal itu lantaran sebagian besar karena sudah berumur atau tidak punya smartphone.
Ataupun punya smartphone namun tidak paham untuk berjualan online.
"Nah solusinya Titipku dipakai oleh anak2 muda. mereka yang download aplikasinya lalu mereka yang jadi penjelajah. mereka berperan membantu membuatkan toko online .
Aplikasi Titipku memungkinkan pedagang kecil di pasar tradisional untuk menjajakan produknya melalui kanal online, sehingga dapat menjamah pangsa pasar yang lebih luas.
Konsep aplikasinya juga memungkinkan 'Penjelajah' (pengguna Titipku) untuk membantu para pedagang memasukkan daftar produknya ke dalam aplikasi.
Fitur ini penting, karena tidak semua pelaku UMKM memiliki pemahaman digital atau internet yang baik.
"Anak muda download aplikasi, datang ke pasar, ketemu simbah-simbah pedagang. Difoto dibuatkan toko online, produknya dimasukkan semua. Dengan cara itu, pedagang yang sudah berusia lanjut tetap punya toko online, tanpa dia harus bisa aplikasi titipku. Lalu ada jatiper yang bertugas untuk membelanjakan dan mengirim barang yang sudah dibeli ke pembeli," terangnya.
Dengan ini, maka harapannya terbentuk ekosistem ekonomi digital yang membantu para pedagang kecil dan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan hidupnya.
Henri menerangkan, Titipku sudah dipakai lebih dari 160 ribu pengguna se-Indonesia, lebih dari 100 ribu umkm yang bergabung.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pemkab Magelang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi
Baca juga: Tema Debat Pamungkas Pilkada Gunungkidul: Mengelola Potensi, Mengatasi Risiko
Dan lebih dari 50 pasar tradisional se-Indonesia memanfaatkan sistem, dan penjelajah yang berjumlah lebih dari 40 ribu.
"Ini adalah bukti bahwa anak-anak muda dan masyarakat peduli dengan UMKM dan pasar tradisional," tuturnya.
Sementara itu, Rena seorang pedagang di pasar Piyungan berharap program ini dapat membuat para pedagang bisa bersaing di era digital.
"Tidak menjadi korban era digital, tapi bisa memanfaatkannya. Dan semoga program ini jadi solusi pedagang yang omzetnya turun karena bersaing dengan toko modern dan online," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perindustrian (KUKMP) Agus Sulistiyana mengungkapkan bahwa ini adalah program yang dapat membantu para pedagang memasarkan produknya dan membantu para pembeli untuk tidak harus datang ke pasar.
"Tentu harapan kita, program ini dapat berkembang dan bisa diaplikasikan ke pasar-pasar yang lain. Maka dari itu sosialisasi perlu lebih digencarkan agar masyarakat lebih mengenal aplikasi ini," ujarnya.
Namun ia berpesan agar para pedagang tetap dapat menjaga kualitas barangnya. Hal itu lantara masyarakat tidak bisa melihat langsung dan hanya bisa lihat melalui foto.
"Dan dengan digital, masyarakat tidak harus ke pasar. Karena meskipun protokol kesehatan diterapkan tapi kedisiplinan masyarakat belum maksimal, itu berisiko atau rentan terhadap penularan covid. Dan digitalisasi ini membantu penerapan protokol kesehatan," tutupnya. (nto)