Berita Gunungkidul

Kata Dinas Pertanian Gunungkidul, Ini Yang Harus Dilakukan Petani Hadapi Efek La Nina

Kata Dinas Pertanian Gunungkidul, Ini Yang Harus Dilakukan Petani Hadapi Efek La Nina

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yudha Kristiawan
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Petani di wilayah Kalurahan Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul menanam bibit padi beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Fenomena La Nina menjelang akhir 2020 ini berdampak ke sejumlah sektor, salah satunya pertanian.

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul pun menyampaikan sejumlah imbauan ke para petani.

Kepala DPP Gunungkidul Bambang Wisnu Broto menjelaskan imbauan tersebut disampaikan dalam bentuk edaran ke seluruh Kelompok Tani (Poktan).

"Antisipasi La Nina kami sampaikan ke Poktan, di mana ada 5 poin imbauan yang diberikan," kata Bambang dihubungi pada Minggu (08/11/2020).

Baca juga: Waspada Efek La Nina Mulai Terjadi Di Gunungkidul, Turun Hujan Deras, Angin Kencang dan Ombak Tinggi

Baca juga: Intip Dana Kampanye Paslon Pilkada Gunungkidul, Versi KPU Tak Ada Kejanggalan, Publik Silahkan Akses

Pertama, DPP Gunungkidul mengimbau seluruh Poktan untuk membuat dan membersihkan saluran drainase di sekitar lahan pertanian. Hal ini dilakukan demi mencegah terjadinya banjir dan lahan pertanian tergenang akibat hujan deras.

Para petani pun diminta mewaspadai hama penyakit yang kerap muncul saat musim penghujan. Bambang menyebut hama tersebut berupa wereng cokelat pada padi, tikus, ular sawah, hingga hama penyakit lain yang menyerang tanaman.

"Kami minta poktan selalu berkoordinasi dengan petugas pertanian di kapanewon masing-masing, untuk penanganan hama atau potensi lain dari La Nina ini," ujarnya.

BMKG sebelumnya sudah memberikan prediksi bahwa curah hujan di Gunungkidul akan meningkat 10 hingga 30 persen dalam sebulan. Selain bencana hidrometeorologi, kondisi ini bisa berdampak pada produktivitas hasil pangan.

Kepala BMKG Dwikorita beberapa waktu lalu juga mengimbau agar warga menyiapkan tempat penampungan air. Metode ini bisa berguna untuk mencegah banjir, namun juga menjaga pasokan air di wilayah yang biasanya kering.

"Pasokan air ini bisa dimanfaatkan untuk pertanian atau kebutuhan sehari-hari," kata Dwikorita.

Berkaitan dengan pencegahan longsor, ia meminta agar warga tidak melakukan pemapasan lereng perbukitan saat musim penghujan. Budidaya tanaman dengan akar yang kuat juga sangat disarankan.

Dwikorita menyampaikan fenomena La Nina sudah dirasakan Gunungkidul sejak Oktober lalu. Puncak dari La Nina di Gunungkidul diprediksi akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2021.

"Pada bulan tersebut, curah hujan diperkirakan meningkat jadi 300 hingga 400 milimeter," ungkapnya

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved