Sleman
Terdapat 1.649 KK Perumput dan 569 KK Pengambil Kayu di Sekitar Puncak Merapi
Ekosistem Gunung Merapi merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan satwa liar dan memainkan peran penting bagi kehidupan manusia.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terus memantau kondisi Gunung Merapi yang terkait dengan pengelolaan TNGM.
Kepala Balai TNGM, Pujiati menyampaikan 85 persen wilayah TNGM berada di kawasan rawan bencana (KRB) III.
Di masa pandemi ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi di sektor terkait, terutama tentang para pekerja yang setiap hari masih berada di sekitar KRB III.
“Perumput yang merumput di dalam kawasan TNGM ada 1.694 KK (kepala keluarga), pengambil kayu bakar ada 569 KK. Ada juga para penambang rakyat. Mereka bisa naik sampai di jarak 4-5 km dari puncak Merapi,” ujar Puji dalam webinar peringatan Dasawarsa Merapi, Rabu (4/11/2020).
Baca juga: Masih Banyak Warga Naik ke Kawasan Rawan Bencana di Gunung Merapi, Ini Langkah BPBD Sleman
Ia menerangkan, ekosistem Gunung Merapi merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan satwa liar dan memainkan peran penting bagi kehidupan manusia.
Selama pandemi, TNGM melakukan penutupan objek wisata alam di kawasan TNGM, seperti objek wisata Muncar, Deles, Kali Kuning, dan Jurangjero.
“Pasca pandemi kami tutup semua per 16 Maret 2020. Sesuai surat dari Jakarta beberapa waktu lalu, kami bisa membuka kembali objek wisata alam di Jurangjero, Magelang pada Agustus lalu,” terangnya.
Ditanya tentang rencana kesiapsiagaan erupsi Merapi, ia menjelaskan TNGM telah membuat jalur dan petunjuk arah untuk evakuasi, juga titik kumpul di setiap objek wisata.
“Sudah ada SOP evakuasi. Kami juga berkoordinasi dengan BPBD,” tambahnya. (TRIBUNJOGJA.COM)