Human Interest Story
Cerita Sabar Gorky, Pria Asal Solo dengan Satu Kaki Taklukan Tiga Puncak Tertinggi di Dunia
Sabar Gorky adalah salah satu bantahan tanpa kata-kata bila ada anggapan hanya ada ketidakberdayaan dalam keterbatasan fisik.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM - Tidak tepat mengasosiasikan difabel dengan ketidakberdayaan.
Sabar Gorky adalah salah satu bantahan tanpa kata-kata bila ada anggapan hanya ada ketidakberdayaan dalam keterbatasan fisik.
Sabar Gorky adalah pria berkaki satu, seorang penyandang disabilitas yang menorehkan segudang prestasi luar biasa.
Tiga puncak gunung tertinggi di dunia sudah Sabar taklukkan, dari yang tertinggi di Eropa yakni Gunung Elbrus Rusia (5.642 mdpl), kemudian Gunung Carstensz atau Puncak Jaya di Papua (4.884 mdpl).
Baca juga: Nusantara Sport Climbing (NSC) Yogyakarta Rayakan Hari Jadi Pertama
Baca juga: PHRI DI Yogyakarta: Libur Panjang 4 Hari, Okupansi Hotel Diharapkan Mencapai 80 Persen
Gunung Kilimanjaro di Tanzania (5.895 mdpl) pun sudah berhasil Sabar taklukkan.
Sedangkan puncak Aconcagua di Argentina dekat perbatasan Chile setinggi 6.962 mdpl gagal dilalui Sabar karena terkendala faktor cuaca.
Aksi tak kalah 'edan' pun pernah Sabar lakukan, satu di antaranya yakni bersepeda dari Solo menuju Bali pada tahun 1999 dalam kegiatan ‘Tour Tunggal Si Kaki Tunggal’, berenang di kolam bundaran Hotel Indonesia (HI) dan kemudian memanjat Patung Selamat Datang, 2010 silam.
Ini merupakan kegiatan kampanye yang dilakukan Sabar untuk membuktikan bahwa kaum disabilitas bisa hidup mandiri, bahkan memberikan kebermanfaatan kepada orang lain dalam menjalani hidup.
"Saya lahir tahun 1968, dan mulai naik gunung 1986. Dari 1986 sampai 1990, Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Lawu, itu sudah saya daki saat masih berstatus pelajar," ujar Sabar Gorky di Yogyakarta, Rabu (28/10/2020).
Nahas, pada 1990 atau saat Sabar baru berusia 22 tahun, ia mengalami kecelakaan yakni terjatuh dari kereta api.
Akibat kecelakaan tersebut, kaki kanannya harus diamputasi.
"Setelah kejadian tersebut (kecelakaan), teman saya pergi semua. Tapi ada beberapa teman yang mencari saya, datang ke rumah, dan diajak jalan (mendaki) lagi. Mulai dirayu, dan kemudian tahun 1992 saya mencoba. Akhirnya bisa. Ketika itu mendaki Gunung Lawu cuma sampai pos tiga. Ya susah payah, tapi saya masa bodoh," ujar Sabar.
"Kemudian pada 2001 saya langsung ke Semeru, dan nggak sampai (puncak). Tapi seminggu kemudian akhirnya sampai. Ya Alhamdulillah," tambahnya.
Baca juga: Kampanye Paslon Pilkada Klaten di Media Sosial Diawasi oleh Bawaslu
Baca juga: DPC HIPPI Sleman Diharapkan Bisa Gerakkan Ekonomi Kerakyatan
Kondisinya yang harus berdiri dengan satu kaki justru menjadi pelecut, sekaligus titik balik dalam hidupnya.
Ia mewujudkan mimpi-mimpinya mendaki puncak-puncak tertinggi di dunia, meski hanya dengan satu kaki.