Penanganan Covid
Ge-Nose, Alat Screening Covid-19 Buatan UGM Diuji Coba di RSLKC Bantul
Ketua Tim Uji Klinis Ge-Nose C19, Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, RSLKC di Bantul dipilih sebagai lokasi uji coba karena
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Menurutnya, GeNose merupakan karya anak bangsa yang inovatif.
Kehadirannya, diharapkan dapat semakin mendukung pelacakan Covid-19 di Bantul.
Sehingga ekonomi akan dapat segera pulih.
"Cita-citanya, bukan hanya kesehatan tapi untuk pemulihan ekonomi. Ini karya anak bangsa inovatif, agar bangsa bisa segera pulih menghadapi pandemi," ujarnya.
Di RSLKC Bambanglipuro selama tiga pekan, Ge-Nose nantinya akan digunakan untuk screening orang ataupun keluarga yang melakukan kontak erat dengan pasien positif.
Baca juga: Polemik Pengelolaan Sampah di Yogya Tak Kunjung Usai, DPD RI Sebut Perlu Dievaluasi
Agus berharap, Ge-Nose segera memenuhi standar uji laboratorium dan satu level dengan metode swab PCR.
"Kalau itu benar terwujud, akan sangat membantu,” ucapnya. Sebab hanya dibutuhkan waktu sekitar tiga menit saja untuk menguji pasien. Sehingga akan sangat membantu proses tracing dan penanganan akan lebih mudah serta efektif.
Murah dan Cepat
Ge-Nose saat ini masih dalam proses uji coba untuk lebih banyak membaca pola nafas.
Dian mengatakan, Ge-Nose saat ini memang terlalu dini untuk bisa dikatakan diagnostik utama Covid-19.
Sebab masih butuh proses pengujian head to head dengan Polymerase chain reaction (PCR), sampai menemukan perbandingan yang setara.
Setelah uji coba rampung, Ge-Nose rencananya akan dipasarkan secara massal. Harga jual alat tersebut sekitar Rp 70 juta.
Baca juga: BREAKING NEWS: Gunung Merapi Alami Gempa Guguran Malam Ini
Salah satu keunggulan yang dimiliki Ge-Nose, kata Dian, adalah kecepatan waktu.
Sekali pemeriksaan hanya membutuhkan waktu 3 menit dan hasilnya saat itu juga langsung bisa diketahui.
Sementara per sekali pemeriksaan, hanya membutuhkan alat kantong napas seharga Rp 10 ribu - Rp 15 ribu.