Gunungkidul
Frekuensi Kebakaran Meningkat, Gunungkidul Butuh 5 Pos Damkar
Pada musim kemarau yang saat ini masih terjadi, jumlah peristiwa kebakaran di Kabupaten Gunungkidul cenderung meningkat.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pada musim kemarau yang saat ini masih terjadi, jumlah peristiwa kebakaran di Kabupaten Gunungkidul cenderung meningkat.
Kondisi ini turut mendorong regu pemadam kebakaran untuk bekerja keras.
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran (Damkar) Gunungkidul, pada September lalu saja terjadi 22 peristiwa kebakaran.
"Frekuensi kebakaran meningkat seiring dengan kondisi kering di musim kemarau," kata Kepala Regu UPT Damkar Gunungkidul, Raharja, Jumat (09/10/2020).
Kendati begitu, Raharja mengaku pihaknya mengalami keterbatasan baik secara anggaran maupun perlengkapan damkar.
• Tinggalkan Tungku Menyala, Dapur Rumah Warga Gunungkidul Habis Terbakar
Hingga saat ini, hanya ada 3 unit mobil damkar (branwir) yang tersedia.
Satu di antaranya mengalami rusak parah, sedangkan satu lagi membutuhkan rekondisi.
Anggaran untuk perbaikan dan perawatan satu kendaraan pun terbilang besar, sebab Raharja pernah mencoba melakukan hal tersebut.
"Kalau menurut orang bengkel, perbaikan membutuhkan biaya sekitar Rp 100 juta. Memang saat digunakan dengan kecepatan tinggi sering oleng," tuturnya.
Ia mengungkapkan, kendaraan damkar yang ada saat ini merupakan keluaran 1984.
Cukup lawas, namun pihaknya sudah nyaman dengan kendaraan tersebut.
Idealnya, Regu Damkar Gunungkidul setidaknya minimal memiliki 5 unit kendaraan.
Selain itu, diperlukan minimal 5 pos damkar jika mempertimbangkan luas Gunungkidul yang mencapai 1.485 kilometer persegi.
Pembahasan soal pos ini sudah dilakukan pada 2016.
Lahan pun sudah disiapkan di wilayah Kapanewon Karangmojo.