Aksi Tolak Omnibus Law
Curahan Hati Pedagang Malioboro Pasca Kerusuhan Kamis Siang di DPRD DI Yogyakarta
Pedagang Malioboro merasa tersakiti atas adanya kerusuhan saat aksi massa di gedung DPRD.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa pedagang di kawasan Malioboro masih enggan untuk membuka kembali lapaknya.
Khususnya yang berada di sekitar kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Seorang perwakilan Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) Sutirah mengatakan dirinya merasa tersakiti atas adanya kerusuhan saat aksi massa di gedung DPRD.
Sebagai pedagang malam, Sutirah sangat bergantung pada pengunjung kawasan belanja tersebut.
"Saya merasa tersakiti oleh orang-orang yang membuat demo di kawasan Malioboro. Saya usaha dari tahun 1989 di sini, kenapa kemarin harus kisruh seperti itu," katanya, Jumat (9/10/2020).
Perempuan asli Lempuyangan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta, ini menambahkan jika kejadian kali ini benar-benar menyakitkan bagi kalangan pedagang.
• Pemkot Yogya Sebut Ada Potensi Sebaran Covid-19 Akibat Unjuk Rasa Omnibus Law di Malioboro
"Mohon lah, aparat setempat mengusut orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini. Merusak fasilitas pedagang. Teman-teman saya banyak yang jadi korban lapaknya," imbuhnya.
Sutirah mengaku belum berani membuka kembali lapaknya.
Hal itu karena ia merasa kondisi Malioboro saat ini belum kondusif.
Ia menyebut total pedagang malam di Malioboro 38 hingga 50.
Mereka semua belum berani membuka lapaknya.
"Semua yang terdampak kalau pedagang malam itu 38 sampai 50. Mereka belum berani buka semua. Mungkin sampai satu minggu ke depan, nunggu keadaan kondusif dulu," tegasnya.
Menurutnya, pedagang malam di kawasan Malioboro yang berdekatan dengan gedung DPRD DIY mayoritas pedagang makanan dan minuman. (TRIBUNJOGJA.COM)