Kisah Inspiratif

Warga Bantul Berhasil Membuat Media Tanam Alternatif dari Olahan Sampah Plastik

Selain dapat menjadi media tanam alternatif, menanam menggunakan sampah plastik, dinilai lebih ramah lingkungan.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Kondang Waluyo bersama istrinya, Suminem, menunjukkan tanaman sayuran yang ditanam dengan menggunakan media sampah plastik. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sampah plastik sudah lama menjadi ancaman nyata, bagi ekosistem di darat dan laut.

Hampir semua orang memproduksi limbah plastik.

Biasanya limbah itu dibuang, dibakar ataupun dikubur.

Padahal daya rusak plastik terhadap lingkungan sangat besar, sebab sangat lama terurai.

Prihatin dengan fenomena itu, di Kabupaten Bantul ada warga, bernama Kondang Waluyo, 53, bersama istrinya, Suminem, 48, memanfaatkan limbah plastik rumah tangga untuk menanam sayuran di dalam pot.

Tanpa menggunakan tanah ataupun pasir sama sekali.

Janda Bolong, Tanaman yang Tengah Naik Daun di Tengah Pandemi Corona, Harganya Tembus Jutaan

Menariknya, tanaman itu bisa tumbuh dengan subur. 

"Kuncinya ada pada nutrisi," kata Waluyo, ditemui dirumahnya di Kampung Gunturan, Dusun Ngabean, Desa Triharjo, Pandak, Senin (5/10/2020). 

Ia kemudian menunjukkan, sejumlah tanaman sayuran yang ada di rumahnya, ditanam dengan memanfaatkan limbah plastik di dalam pot.

Ketika pot yang terbuat dari kaleng bekas dan kemasan air mineral itu dibuka, memang benar, tanpa ada sedikitpun campuran tanah ataupun pasir.

Menurut Waluyo, sampah plastik sebagai media tanam itu, sebelumnya sudah direndam dengan air nutrisi selama satu jam.

Itu sebabnya tanaman di atas plastik sanggup hidup dan tumbuh, meskipun tanpa tanah.

Nutrisi tersebut, kata alumni MAN Bantul itu merupakan hasil olahan sendiri.

Nutrisi dibuat dari kulit buah dan serabut kulit kelapa yang direndam selama satu bulan, kemudian disuling.  

Permintaan Meningkat, Harga Tanaman Hias Naik Dua Kali Lipat

"Ini saya baru eksperimen," katanya.

Ia mengaku baru memulai menanam sayuran di pot dengan media sampah plastik selama satu bulan.

Ide awalnya, aku dia, terinspirasi dari seorang teman yang belajar dari professor pertanian.

Ia akhirnya mulai mencoba mengaplikasikan di Bantul.

Ke depan, menurutnya, budidaya itu akan terus dikembangkan. 

Sebab, kata Waluyo, nutrisi yang terbuat dari rendaman dan penyulingan sejumlah kulit buah dan serabut kelapa itu, dinilai sangat bagus.

Jika diaplikasikan dalam tanah, menurut bapak lima anak itu, dapat memperbaiki kualitas kandungan unsur hara tanah, membantu pertumbuhan tanaman, hingga mempercepat tumbuhnya buah.

"Jadi fungsinya seperti pupuk. Malah dengan nutrisi ini, petani lebih irit dibandingkan dengan harga pupuk yang sekarang mahal," tuturnya. 

Maksimalkan Waktu Selama Pandemi, Imanina Atsari Sukses Kembangkan Tanaman Hidroponik

Istri Waluyo, Suminem menambahkan, nutrisi hasil olahan itu bukan hanya bermanfaat untuk tanaman saja.

Tetapi sebenarnya bagus juga untuk peternakan dan perikanan, karena sifatnya alami.

Ia mengaku menanam sayuran dengan media sampah plastik, karena ingin mencoba, ternyata hasilnya cukup bagus. 

Selain dapat menjadi media tanam alternatif, menanam menggunakan sampah plastik, dinilai lebih ramah lingkungan.

Sebab, dapat mengurangi limbah plastik rumah tangga sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.

"Ini bebas polusi. Tidak kotor. Soal penyiraman cukup disemprot dengan air nutrisi saja," ujar dia. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved