Gunungkidul

Tinjau Produksi DOC, DPP Gunungkidul Targetkan PAD Rp 12 Juta Per Bulan

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul belum lama ini melakukan peninjauan ke PT Widodo Makmur Unggas (WMU), Pacarejo, Semanu. Rombongan meninja

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Dok DPP Gunungkidul
Kepala DPP Gunungkidul Bambang Wisnu Broto (kanan) saat meninjau proses pemilahan DOC di PT WMU, Semanu beberapa waktu lalu 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul belum lama ini melakukan peninjauan ke PT Widodo Makmur Unggas (WMU), Pacarejo, Semanu. Rombongan meninjau proses produksi Day Old Chick (DOC).

Kepala DPP Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan peninjauan dilakukan saat PT WMU sedang melakukan panen perdana DOC.

"Peninjauan kami lakukan berkaitan dengan penerbitan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)," kata Raharjo, dihubungi pada Senin (05/10/2020).

Kepala DPP Gunungkidul Sebut Iklim Jadi Kendala Produktivitas Pangan

SKKH diperlukan untuk menjamin jika bibit ayam yang dihasilkan oleh PT WMU Aman dan bebas penyakit.

Saat peninjauan, Bambang didampingi oleh Kasie Kesmavet Retno Widyastuti dan Manajer Produksi Hatchery PT WMU, Mohtar.

Pasca peninjauan, DPP Gunungkidul pun secara resmi mengeluarkan SKKH tahap pertama untuk PT WMU.

Menurut Bambang, SKKH ini berlaku untuk 100.000 DOC yang dihasilkan PT WMU.

Sebagai informasi, volume produksi PT WMU setiap bulannya mencapai 1,2 juta DOC.

"Setelah ini, rencananya setiap bulan akan dilaksanakan pemeriksaan SKKH di PT WMU," ujarnya.

Berdasarkan penilaian DPP Gunungkidul, proses produksi DOC PT WMU dipastikan steril dengan sistem modern.

Seluruh DOC pun divaksin untuk memastikan kondisinya bebas penyakit.

Tanam Kacang Hijau di Musim Kemarau, DPP Gunungkidul Optimis Hasil Optimal

"Kami targetkan ada keuntungan sebesar Rp 12 Juta setiap bulannya masuk ke PAD Pemerintah Kabupaten Gunungkidul," kata Bambang.

Terpisah, Mohtar menjelaskan proses produksi DOC di PT WMU dilakukan lewat berbagai tahapan. Proses dimulai dari penetasan telur, pemilahan, pemberian vaksin, hingga disinfektan.

Sebelum penetasan pun, ratusan ribu telur tersebut melewati proses seleksi. Hal itu dilakukan untuk menjamin kualitas dari telur, termasuk menjaga agar tidak muncul bibit penyakit atau pun jamur.

"Setelah melewati berbagai tahapan ketat, barulah DOC yang sudah menetas dikirimkan dalam bentuk boks masing-masing berisi 102 ekor," jelas Mohtar lewat keterangannya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved