Kisah Inspiratif
Raih Juara Internasional, Kartunis Magelang Gambarkan Parahnya Pemanasan Global Saat Ini
Karya kartun berjudul Global Warming itu meraih juara pertama Festival Andromeda Trento Italy kompetisi XV Edition of The Trento Economics Festival.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Kartun karya Yustinus Anang Jatmiko (49), warga Dusun Ngablak, Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, mendapat apresiasi dari dunia.
Karya kartun berjudul Global Warming itu meraih juara pertama Festival Andromeda Trento Italy kompetisi XV Edition of The Trento Economics Festival bertema Environment and Growth di Italia.
“Bangga sekali, saya berterima kasih kepada banyak pihak dalam hal ini bisa membantu pemerolehan vote gambar saya. Jadi saya katakan ‘ini kemenangan bersama’. Yang jelas, perasaan saya senang,” katanya, usai penyerahan penghargaan dari Bupati Magelang di Rumah Dinas Bupati Magelang, Senin (5/10/2020).
Pada acara tahunan Festival Andromeda Trento Italy tersebut, Nank mengirimkan karya yang menggugah kesadaran masyarakat.
• Siswa di Kabupaten Magelang Kini Bisa Belajar Lewat Siaran Radio
Kartun yang berjudul Global Warming itu, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu menggambarkan betapa buruknya dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan.
Ia menggambar beruang dan penguin yang bertahan di atas lapisan es tipis yang sedang mencair, di atas gedung bertingkat.
Sementara, manusia digambarkan di bawah membawa kamera dan melihat beruang dan penguin itu kebingungan.
Kartun tersebut sangat relevan dengan kondisi sekarang.
“Di situ saya gambarkan beruang dan penguin sedang kebingungan karena es sudah mencair karena pemanasan global. Es mencair, sudah bangunan-bangunan, gedung bertingkat berdiri, beruang kutub dan penguin mempertanyakan nasib mereka ‘bertahan, dewe kudu kepiye’. Seperti itu,” ujar pria yang sudah suka menggambar semenjak kecil.
Dari lebih 200 karya yang dikumpulkan dari kartunis seluruh dunia, mengerucut menjadi 100 karya terpilih.
Setelah proses voting yang panjang, ternyata karya dari kartunis yang akrab dipanggil Nank Ngablak tersebut yang menjadi juara pertama.
• Syarat Pembelajaran Tatap Muka di Kabupaten Magelang Belum Terpenuhi
Kartunis yang mulai bergelut di kartun sejak tahun 1990-an itu merasa senang pesannya dapat tersampaikan.
Bahwa semua harus menjaga lingkungan bersama dan mengurangi dampak pemanasan global.
"Dalam event ini, saya mengirimkan tiga karya, dua karya masuk seleksi. Terus sekitar dari 200-an itu, kemudian di seleksi menjadi 100, baru dicari pemenang berdasar vote. Pertama saya dari Indonesia, yang dua dan tiga dari Itali,” tuturnya.
Meski demikian, ada satu yang masih mengganjal di benak warga asli Ngablak itu.
Profesi kartunis yang meradang.
Ketika era beralih ke era digital, kaveling untuk kartunis berkurang di media cetak.
Mereka menjadi kehilangan pendapatannya.
“Menyedihkan bagi kami kartunis yang mengandalkan mengirim karya di koran. Jadi dengan era digital sekarang, otomatis lahan, kaveling untuk kartunis itu menjadi sempit sekali. Bagi kami menyesakkan, karena kita ngirim ke koran dapat honor itu berarti banget. Ketika sekarang era seperti ini, era kaveling koran kian sempit, kian ciut, juga memperihatinkan,” katanya.
• Bupati: Pembelajaran Tatap Muka Boleh Asal Kondisi Sudah Hijau, Kabupaten Magelang Masih Oranye
Namun, hal itu bukan menjadi penghalang bagi kartunis dapat tetap berkarya.
Terpenting adalah dapat berkarya.
"Tetap terus berkarya, event internasional tetap ada, agenda kartun di mana ada jadwalnya. Kita siapkan karya. Sekarang proses pengiriman lebih muda karena bisa lewat email, scan, kalau dulu karya fisik orisinil,” ujarnya.
Bupati Magelang, Zaenal Arifin pun memberikan apresiasi.
Ia memberikan uang pembinaan sebesar Rp 5 juta sebagai bentuk dukungan pelaku seni dan masyarakat di tengah masa pandemi ini tetap bisa berkarya dan berprestasi.
“Kami menghadirkan Mas Yustinus Anang Jatmiko, inilah salah satu contoh bakti kepada orangtuanya. Mas Jatmiko ini aktivitasnya dulu di Bali, tapi karena saat ini ingin merawat orangtua, ibunya yang sudah sepuh, pulang dari Bali, mendarmabaktikan kepada orangtuanya. Di tengah-tengah merawat orangtuanya bisa memberikan kontribusinya untuk meraih prestasi dan mengharumkan nama Kabupaten Magelang," katanya.
"Ini menjadi contoh bagi kita semua di pandemi bisa berkarya. Semoga bisa memberi manfaat dan berarti buat Mas Jatmiko secara pribadi,” tambahnya. (TRIBUNJOGJA.COM)