Update Corona di DI Yogyakarta
Hanya Tersisa 10 Persen PKL Lansia di Malioboro yang Tetap Berjualan di Tengah Pandemi Covid-19
Hanya 10 persen dari 2.500an PKL yang tetap menjajakan komoditasnya di pinggiran toko sepanjang Malioboro.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Kesadaran para pedagang kaki lima (PKL) Malioboro terhadap acaman Covid-19 patut diacungi jempol.
Bagaimana tidak, sejak mencuat kasus pedagang meninggal berstatus positif corona tempo hari, jumlah PKL berusia lanjut yang berjualan berangsur menurun.
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Malioboro, Ekwanto pun mengakui, beberapa waktu lalu sebelum ada PKL meninggal dunia positif Covid-19, masih banyak pedagang lansia yang tetap berjualan.
Tetapi, kasus tersebut perlahan membuat pedagang mulai menyadari bahaya corona.
• Pandemi Covid-19, Pemkot Yogya Imbau PKL Lansia di Malioboro Tidak Berjualan Dulu
"Sebelum ada yang meninggal, banyak banget yang sepuh-sepuh jualan. Sekarang sudah berkurang signifikan. Memang kita imbau, supaya yang usianya 60 tahun ke atas itu tinggal di rumah dulu," terangnya, Senin (5/10/2020).
Walau begitu, Ekwanto mengakui, sampai sejauh ini masih dijumpai para lansia yang tetap menjajakan komoditasnya di pinggiran toko sepanjang Malioboro.
Hanya saja, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kerabat, atau keluarga yang tak bisa menggantikan posisinya setiap hari.
"Tapi, presentasenya tidak banyak, dari 2.500an PKL, hanya tinggal sekitar 10 persen saja yang lansia. Biasanya, penjual-penjual yang senior itu. Untuk di Malioboro sendiri, rata-rata pedagang yang lansia digantikan sama anggota keluarganya, anak dan sebagainya ya," ucap Ekwanto.
Ekwanto menyebut, sosialisasi dilakukan jajarannya kepada masing-masing komunitas yang menaungi pedagang.
Dirinya pun mengapresiasi kinerja dan peran aktif paguyuban dalam menyadarkan para lansia yang memang mempunyai tingkat kerawanan lebih tinggi dibanding usia muda.
• Demi Keselamatan Bersama, Peguyuban PKL Malioboro Gencarkan Sosialisasi pada Pedagang Lansia
"Kita lewat forum-forum itu, nyuwun sewu buat yang sepuh-sepuh supaya diedukasi, jangan (jualan) di Malioboro dulu, karena rentan penularan Covid-19. Imunnya mungkin lebih rendah ya, sehingga rawan terhadap OTG yang kelihatan sehat, tapi sebetulnya carrier," ungkapnya.
"Jadi, para pedagang lansia itu, melalui komunitas masing-masing, dari lingkup yang kecil itu, diberikan pengertian. Kita tidak serta-merta melarang, apalagi saya rasa kesadaran PKL lansia juga sangat baik," imbuh Ekwanto.
Walau begitu, ia mengakui, edukasi semacam ini baru dapat disasarkan pada PKL saja, sehingga belum mencakup pelaku pariwisata lain seperti tukang becak, maupun kusir andong.
Pihaknya pun menyadari, cukup banyak lansia yang masih menekuni dua profesi tersebut di Malioboro.
"Kalau becak dan andong itu kan (untuk mengemudikannya) butuh skill khusus. Tapi, untuk andong sekarang juga sudah diwajibkan ada sekatnya. Kalau itu tidak ada, ya tidak boleh masuk Malioboro. Mudah-mudahan saja tidak ada apa-apa," tutur Ekwanto. (TRIBUNJOGJA.COM)