Kriminalitas
Kriminolog UGM : Harusnya Polisi Mudah Ungkap Klitih Sampai ke Akarnya
Dosen Fisipol UGM mengklaim jika pelaku klitih ada yang berasal dari orang-orang yang terlindungi.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto, mengklaim jika pelaku klitih ada yang berasal dari orang-orang yang terlindungi.
Sehingga hal tersebut membuat pihak Kepolisian sulit untuk mengungkap kejahatan jalanan tanpa motif tersebut sampai ke akarnya.
Meski secara tegas ia juga mengatakan jika polisi tidak kurang-kurang dalam melakukan observasi dan pengintaian terhadap para pelaku kejahatan tersebut.
Namun demikian, dari tahun ke tahun kasus klitih tetap saja meresahkan warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
• Kriminolog Sebut Pelaku Klitih di Fly Over Jombor Bisa Jadi Kelompok Kedua
"Polisi tidak kurang-kurang lakukan observasi dan pengamatan. Bahkan penyamaran untuk masuk ke dalam kelompok tersebut. Mereka juga sudah melakukan partisipan," katanya, Minggu (4/10/2020).
Namun demikian, Suprapto juga mengatakan jika ada kemungkinan para pelaku klitih merupakan orang-orang yang berasal dari kalangan yang terlindungi dari hukum.
"Sangat dimungkinkan mereka berasal dari orang-orang yang terlindungi dan sulit tersentuh hukum. Namun ya dari dulu memang bukti itu masih lemah," ujarnya.
Secara tegas Suprapto menegaskan seharusnya Polisi dapat dengan mudah mengungkap kasus klitih hingga sampai ke akar-akarnya.
Pasalnya, Polda DIY kini telah mengantongi data 29 SMA, 23 SMK dan 2 Madrasah yang rawan terjadi aksi klitih dari para siswa-siswa tersebut.
Suprapto sependapat jika regenerasi pelaku klitih ada campur tangan para alumni.
• Polres Sleman Masih Buru Pelaku Klitih di Flyover Jombor
Menurutnya para alumni bertugas untuk memperkuat almamater gengnya dengan melakukan rekruitmen kepada adik kelas, melalui kegiatan terselubung.
Misalnya, lanjut dia, ada kegiatan ekstra kulikuler pramuka di luar sekolah, lalu para senior dan alumni ini menculik para siswa baru untuk kegiatan rekruitmen klitih.
"Ya betul, seharusnya mudah untuk membongkar pelaku kejahatan klitih. Dengan cara menekan para alumninya. Karena aksi-aksi klitih marak ketika ada regenerasi. Dan itu dilakukan oleh para alumni," ungkapnya.
Ditanya apakah teror klitih diciptakan dengan motif keperluan politisasi, Suprapto belum bisa menyimpulkan secara matang.
"Sangat dimungkinkan, karena para alumni ini kan tidak tahu kepentingannya untuk apa sebenarnya," tutup dia. (TRIBUNJOGJA.COM)