Jawa
Tradisi Saparan Yaa Qawiyyu Jatinom Klaten Digelar secara Sederhana dan Terbatas
Tradisi dari saparan tahun ini dilaksanakan secara sederhana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat seperti jaga jarak, paka
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Tradisi saparan Yaa Qawiyyu 2020 berlangsung secara terbatas dan sederhana di tengah merebaknya pandemi Covid-19.
Hal itu terasa, karena tidak ada sebaran kue apem secara besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya yang biasa dilakukan di Lapangan Klampeyan.
Tradisi dari saparan tahun ini dilaksanakan secara sederhana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat seperti jaga jarak, pakai masker dan dilangsungkan secara terbatas.
Tradisi saparan Yaa Qawiyyu tahun ini dipusatkan di Mesjid Besar Jatinom dan Komplek Makam Kyahi Ageng Gribig yang berada tidak jauh dari mesjid.
Pembukaan diawali dengan sama'an (baca) Alquran, dzikir, tahlil, doa bersama dan shadaqah apem di makam Kyahi Ageng Gribig Jatinom yang berada di Desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jumat (2/10/2020).
• Antisipasi Covid-19, Sebar Kue Apem pada Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten Ditiadakan
Pejabat sementara (Pjs) Bupati Klaten, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan jika pihaknya mengapresiasi Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom dan masyarakat yang bersedia untuk tidak melaksanakan tradisi saparan tersebut secara besar-besaran.
"Yang saya senang bahwa masyarakat ternyata sangat fleksibel ya. Meskipun saya tahu masyarakat sangat ingin tradisi ini dilangsungkan seperti biasanya, tapi masyarakat ternyata bisa memahami bahwa berkumpulnya massa dengan jumlah yang banyak itu sangat beresiko," ujarnya pada awak media di lokasi acara.
Ia menambahkan, pada tahun 2020 ini, tradisi saparan Yaa Qawiyyu dilaksanakan dengan cara berdoa guna merefleksi diri agar lebih baik lagi pada tahun-tahun mendatang.
"Tahun ini masyarakat merayakan dengan cara berdoa secara khusuk, lebih merefleksi diri dan panitia juga bagus karena menyediakan berbagai channel youtube dan secara virtual sampai kepada masyarakat," katanya.
• Pemkab Klaten dan Forkopimda Ikuti Upacara Hari Kesaktian Pancasila secara Virtual
"Jadi, ini langkah tegap juga dari kawan-kawan panitia yang bisa menyelenggarakan tradisi seperti ini, sehingga kerinduan masyarakat atau nilai religius masyarakat tetap tersalurkan," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom, Muhammad Daryanta, mengatakan jika pada tradisi saparan tahun ini juga dilakukan doa khusus agar wabah Covid-19 bisa berakhir secara cepat dan kehidupan bisa berlangsung normal kembali.
"Iya secara khusus ada doa bagi pandemi, dalam arti kita mendekatkan diri kepada Allah dan meminta wabah ini segera hilang," imbuhnya.
Ia menyebut, meski tradisi saparan Yaa Qawiyyu 2020 berlangsung secara sederhana, namun tidak mengurangi esensi dari tradisi tersebut.
"Esensinya sama. Yang buat beda cuma tahun ini tidak ada sebaran kue apem seperti biasa," jelasnya.
Menurutnya, pada tradisi saparan Yaa Qawiyyu 2020 ini, hanya ada sekitar 500 kilogram kue apem yang dibagikan kepada masyarakat.
Jumlah itu jauh berkurang jika dibandingkan dengan tradisi saparan tahun lalu, yang mana, kue apem yang dibagikan kepada masyarakat mencapai sekitar 6 ton.
"Tahun ini kue apem yang kita bagikan kurang lebih sekitar 500 kilogram saja. Itu rinciannya 400 kilogram dari masyarakat dan 100 kilogram dari santri," paparnya.(TRIBUNJOGJA.COM)