Serap Aspirasi Pedagang Kecil, Danang Wicaksana Sulistya Punya Solusi Permasalahan Usaha Mikro
Calon Bupati Sleman nomor urut 1 Danang Wicaksana Sulistya (DWS) mendapatkan aspirasi dari pedagang di pusat jajan serba ada (Pujasera) Denggung
TRIBUNJOGJA.COM - Calon Bupati Sleman nomor urut 1 Danang Wicaksana Sulistya (DWS) mendapatkan aspirasi dari pedagang di pusat jajan serba ada (Pujasera) Denggung saat berbelanja, Kamis (24/9/2020).
Seorang pedagang bernama Yuli yang mengaku sudah beberapa tahun belakangan berjualan meminta DWS agar membangunkan sarana pendukung tempat jajan itu.
"Kalau nanti Mas Danang jadi (Bupati), tolong kami di sini dibangunkan toilet sama musala," kata Yuli yang tiba-tiba menghampiri meja DWS.
Pujasera Denggung menempati areal taman kota persis di seberang Sleman City Hall. Sejak masih ada perusahaan lampu berdiri di lokasi itu beberapa tahun silam, lokasi itu cukup ramai karena ada karyawan perusahaan dan banyak calon penumpang yang menunggu bus antar provinsi.
Menurut Yuli, sejumlah pedagang di lokasi itu merasa kenyamanan pembeli masih belum terlalu mendapatkan perhatian. Pasalnya, para pengunjung yang biasanya adalah pegawai di Sleman City Hall dan pengguna jalan harus ke pasar desa atau menumpang ke fasilitas gedung di sekitarnya jika ingin menggunakan kamar kecil.
"Banyak juga orang mau jajan tanya dulu, karena tidak ada musala jadi pergi lagi," ungkap Yuli.
Yuli menuturkan, selain persoalan fasilitas pendukung pujasera dia berharap DWS dapat membantu akses permodalan mikro bagi pedagang kecil sepertinya. Tak hanya itu, seperti kebanyakan pedagang kecil, Yuli juga mengalami pukulan telak akibat pandemi Covid-19.
"Ramai atau sepi itu biasa sebetulnya, namanya juga orang usaha. Tapi Covid ini terasa betul sepinya," kata Yuli.
Terpisah, sejumlah pedagang di Pasar Pakem juga menyampaikan aspirasi senada. Selain mengaku omzet menurun, para pedagang berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari itu juga meminta kemudahan akses permodalan.
"Dulu, sebelum corona tiap hari rata- rata bisa bawa pulang dua ratus ribu (Rupiah) bersih, Mas. Kalau sekarang mau dapetin seratus ribu aja susah banget. Pasarnya sepi banget gini," keluh Suharti (47) penjual jamu yang setiap hari berjualan di bagian utara pasar.
Suharti yang sudah berjualan jamu selama 25 tahun bersama suaminya, Ratno Mulyono (51), saat ini merasa kesulitan untuk meningkatkan omset penjualan.
"Aku bingung, Mas. Mesti harus gimana biar jualan bisa rame lagi. Kalau kondisinya seperti ini terus, aku nggak ngerti bakal bertahan sampai kapan le jualan. Tiap hari mesti nyari utangan buat nutup modal," katanya getir.
Sejauh ini Suharti berusaha meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan aplikasi percakapan WhatsApp yang terpasang di telepon pintar milik sang suami.
"Jadi tiap pagi bapak'e ngambil foto saya lagi duduk ngadepin dagangan. Terus dijadiin status di WA," akunya.
Namun pasangan suami istri yang tinggal di Padukuhan Pakemtegal, Pakembinangun, Pakem tersebut merasa cara itu kurang efektif untuk meningkatkan omzet.