Munculnya Transmisi Klaster Lokal Pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta merilis data tambahan kasus Covid-19 pada 25 September 2020 .
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Keuntungan GeNose lainnya, lanjut dia, dalam proses pendeteksian tidak diperlukan tenaga kesehatan maupun alat pelindung diri (APD). Sebab, pasien hanya tinggal mengembuskan nafas dalam sebuah kantong seperti balon dan tidak perlu kontak dengan alat GeNose itu sendiri.
Pada Mei hingga Agustus 2020 alat ini telah menyelesaikan uji profiling atau kalibrasi dengan melibatkan 615 profile. Uji profiling menggunakan sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro Bantul yang hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.
Selanjutnya, dilakukan tahap uji klinis tahap pertama dan saat ini GeNose tengah memasuki uji klinis tahap kedua. “Awal November target kami merilis 200 unit. Selanjutnya dibutuhkan izin edar dari Kemenkes,” ungkapnya.
Sementara, dilansir dari laman web ugm.ac.id, peneliti GeNose lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra memaparkan GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya, diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (artificial intelligence).
Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM. Dia mengatakan pihaknya siap untuk mendukung uji klinis lanjutan GeNose.
“Risetl/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan upaya finalisasi GeNose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap 2,” ucapnya.
Ia berharap GeNose bisa segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat dan menargetkan setidaknya pada Desember 2020 alat ini dapat digunakan untuk skrining. ( Tribunjogja.com | Kur | Uti )