Munculnya Transmisi Klaster Lokal Pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta merilis data tambahan kasus Covid-19 pada 25 September 2020 .
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Politisi PKS tersebut merasa perlu mengaktifkan kembali sistem sosial seperti di awal pandemi.
Saat itu masyarakat di kampung maupun desa melakukan upaya pengetatan pengawasan untuk masuk ke wilayah serta melarang kegiatan bertamu, terutama untuk mereka yang berasal dari luar daerah.

"Kalau di tempat umum ada pengetatan protokol kesehatan oleh aparat. Sudah ada payung hukum Inpres dan Pergub. Kita juga minta bantuan TNI-Polri di DIY untuk melakukan penegakan protokol kesehatan di berbagai lokasi keramaian. Mall, toko, perkantoran bisa dikasih sanksi kalau abai," ungkapnya.
Huda menambahkan, bahwa satu-satunya cara yang paling ampuh yakni ada pada kesadaran individu.
Ia meminta warga secara personal merasa dirinya positif Covid-19 sehingga bisa menjaga satu dengan lain dan menegakkan protokol kesehatan dengan baik.
"Saya prihatin sekali saat mampir ke rumah sakit, melihat teman-teman tenaga kesehatan merasa sangat berat. Kasihan sekali. Jangan sampai rumah sakit kita ambruk. Saya pribadi mengucapkan bela sungkawa kepada rekan kita ASN Bapel Jamkesos DIY. Semoga beliau diterima arwahnya di sisi-Nya dan husnul khatimah," tutupnya
Teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang dikembangkan UGM, yakni GeNose, kembali memasuki tahapan berikutnya. UGM secara resmi melakukan serah terima GeNose kepada Kemenristek/BRIN, Kamis (24/9/2020).

GeNose dikerjakan oleh tim ahli lintas bidang ilmu di UGM, yaitu Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si (FMIPA); dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, M.Sc., Ph.D. (FKKMK); Dr. Ahmad Kusumaatmaja (FMIPA); dr. Mohamad Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D (FKKMK); dan para mitra industri strategik yang berkomitmen dalam penghiliran hasil riset dan inovasi kampus.
Sebagai alternatif alat deteksi Covid-19, GeNose memiliki keunggulan waktu deteksi yang jauh lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah. Satu unit GeNose yang diperkirakan seharga Rp40 juta dapat digunakan untuk 100 ribu pemeriksaan.
“Biaya yang dikeluarkan per pasien jauh lebih murah daripada rapid test,” ujar Kuwat saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (25/9/2020).
Sementara, dalam hal kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia, GeNose mampu mengeluarkan hasil tes tidak lebih dari 2 menit berupa positif atau negatif Covid-19.
“Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,” kata Kuwat.
Menurut Kuwat, cara kerja GeNose sangat berbeda dengan tes PCR yang melakukan identifikasi dari jenis virus melalui RNA kemudian di-reverse menjadi DNA.
“Ide awal alat ini, nafas bisa memberi gambaran indikasi banyak penyakit. Gangguan ginjal, kanker, paru bisa dianalisis dari embusan nafas dan sudah banyak yang melakukan,” ungkapnya seperti disampaikan dalam Webinar Sonjo Jogja, belum lama ini.