Yogyakarta
Melihat Mural Kampung Taman di Patehan
Anagard (35) salah satu seniman yang terlibat mengungkapkan, secara umum sejumlah seniman mengangkat tema dengan melihat konteks kesejarahan Tamansari
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Visual berbeda terlihat cukup mencolok di Kampung wisata Tamansari, Patehan, Keraton.
Sinar matahari yang menyengat, sedikit terlupakan kala menengok goresan mural yang terpampang di tembok-tembok warga.
Beragam mural dengan rupa warna-warni menghiasai tiap sudut sejauh mata memandang.
Hasil karya belasan seniman dari berbagai daerah itu, sedikit banyak mengulas tentang konsep kesejarahan Yogyakarta semisal wayang, HB I dan lain sebagainya.
Beberapa lainnya tampak pula mural bertema sederhana seperti anak-anak bermain layangan dengan kritik sosial yang dibungkus dengan parodi, goresan motif batik, maupun pesan membekas terkait fenomena Covid-19.
Sejumlah karya itu diangkat dengan tajuk Mural Kampung Taman yang terletak di RW 8, RT 31 dan 33.
• Dekat Sejarah Keraton, Ini Kata Sultan HB X Soal Rumah Patehan dan Langenastran Yang Dihibahkan KPK
"Pembuatan mural ini berangkat dari keprihatinan kami terhadap kondisi pariwisata di tengah pandemi Covid-19. Namun, kami coba mengambil kesempatan dengan tetap berkarya dan membuat sesuatu yang unik dengan kampung ini," ujar Bakti Wibawa, Ketua Panitia Mural Kampung Taman saat ditemui wartawan, Senin (21//20209).
Bowo menjelaskan, lokasi kampung Taman yang menjadi beranda destinasi wisata Tamansari merupakan magnet bagi wisatawan.
Dengan berbenah, lokasi itu diharapkan menjadi galeri kampung yang mampu menyedot perhatian para pengunjung.
Sebanyak belasan seniman dari berbagai latar belakang ikut serta dalam kegiatan itu. 16 kelompok dari 25 seniman dilibatkan beserta sejumlah warga.
Pihaknya juga memberikan gambaran bahwa karya yang dituangkan mesti berkaitan dengan hal-hal umum di sekitar Tamansari.
"Tapi lebih banyak seniman menggoreskan karyanya berkaitan dengan pelestarian budaya dan kelestarian lingkungan kontemporer," imbuhnya.
Waktu pengerjaan juga terbilang singkat.
Selama dua pekan, puluhan karya telah terpampang di tembok-tembok itu.
Pihaknya juga berencana untuk menempelkan karya serupa di sejumlah tembok lainnnya.
• Adakan Lomba Mural, RIW Ajak Pemuda Jaga Keberagaman
Anagard (35) salah satu seniman yang terlibat mengungkapkan, secara umum sejumlah seniman mengangkat tema dengan melihat konteks kesejarahan Tamansari yang dikaitkan dengan masa sekarang.
"Juga soal aktivitas warga dan lingkungan sekitar yang riil pada saat ini," ungkapnya.
Sebelum memulai kegiatan, sejumlah seniman juga diberikan orientasi awal terkait tema yang akan diangkat.
Pihaknya juga lebih dulu melihat sketsa para peserta dan berkonsultasi dengan para warga sekitar.
"Kecenderungannya memang lebih kepada sejarah dengan interpretasi dari masing-masing seniman baik berupa simbol maupun lainnya. Meskipun ada yang sedikit melenceng tapi esensinya tetap ada dan kebanyakan karya dari para peserta mengusung pop surealis," jelasnya.
Selain itu, Anagard menyatakan, beberapa peserta lainnya juga mengarahkan karyanya pada parodi yakni mengangkat aspek kesejarahan dan mempermainkan nilainya dengan konteks hari ini.
"Ada yang menampilkannya dengan utuh namun ada juga dengan objek yang telah dikreasikan sesuai dengan keinginan seniman," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM | Yosef Leon)