Kronologi Wisatawan Asal Madiun Hilang Terseret Ombak Pantai Parangtritis
Kronologi Wisatawan Asal Madiun Hilang Terseret Ombak Pantai Parangtritis
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Keganasan ombak pantai selatan Yogyakarta kembali memakan korban.
Seorang wisatawan hilang terseret ombak saat berenang di Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul Jumat (4/9/2020) pagi.
Rombongan wisatawan tersebut berasal dari Kota Madiun, Jawa Timur, berjumlah tujuh orang.
Saat ini Tim Sar Parangtritis masih melakukan upaya pencarian terhadap satu korban bernama Faran Diva Bahtyararta (18) Kartoharjo, Madiun, Jatim.
Sementara enam korban lain dinyatakan selamat dan sedang dalam penanganan tim SAR Parangtritis.
Diketahui rombongan tersebut dari kalangan mahasiswa yang sedang berlibur.
Mereka bermain dan berenang di pantai tersebut.
"Kami masih lakukan pencarian kepada satu korban yang belum selamat. Kondisi ombak saat ini cukup tinggi sekitar 6 meteran," kata Koordinator SAR Parangtritis Ali Sutanto, saat dikonfirmasi Tribunjogja.com.
Dari laporan yang didapat, peristiwa tersebut terjadi Jumat pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
Sementara itu dihubungi terpisah Humas Basarnas Yogyakarta, Pipit Eriyanto mengatakan pihaknya ikut dalam proses pencarian korban hilang di Pantai Parangtritis.
Basarnas Yogyakarta menerjukan lima personel untuk bergabung dengan Tim SAR Gabungan guna mencari korban yang masih hilang.
" Kita baru perjalanan ke lokasi, ada lima personel yang kita turunkan,"ucapnya.
• BREAKING NEWS : Rombongan Wisatawan Asal Madiun Terseret Ombak di Pantai Parangtritis
Tujuh Wisatawan Terseret Ombak Pantai Goa Cemara
Sebelumnya, kasus wisatawan terseret ombak di pantai selatan Yogyakarta juga terjadi di Pantai Goa Cemara, Bantul.
Rombongan wisatawan yang tengah berlibur ke Pantai Goa Cemara, Sanden, Bantul terseret ombak pada Kamis (6/8/2020) siang.
Dua orang ditemukan meninggal dunia dalam kejadian tersebut.
Sementara lima orang lainnya dinyatakan hilang dan saat ini masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.
Dua orang yang dinyatakan meninggal dunia diketahui bernama Ulli Nur Rochmi dan Ahmad Nur Fauzi.
Keduanya saat ini dievakuasi ke Puskesmas Sanden.
Sementara lima orang lainnya yang masih dinyatakan hilang yakni Joko Widodo (38), Muhammad Zafir Zakir Alfarizi (8), Muhammad Rizky Romadhon (7), Achmad Choirul Fatah (4) dan Muhammad Zidan Abdori.
Humas Basarnas DIY, Pipit Eriyanto yang dihubungi Tribunjogja.com mengungkapkan kronologi kecelakaan laut yang menimpa rombongan wisawatan di Pantai Goa Cemara tersebut.
Kejadian ini bermula saat rombongan wisatawan asal Tempel, Sleman tersebut berwisata ke Pantai Goa Cemara pada Kamis (6/8/2020) pagi.
Sesampai di pantai, rombongan bermain bola di pinggir pantai.
Tiba-tiba datang ombak besar yang langsung menyeret para korban.
Tujuh orang dalam rombongan tersebut langsung hanyut.
Dari tujuh korban itu, dua orang berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia.
Keduanya yakni Ulli Nur Rochmi dan Ahmad Nur Fauzi.
"Yang lain masih dalam pencarian tim gabungan," katanya.
Tim SAR gabungan masih melakukan upaya pencarian terhadap wisatawan yang hanyut terseret ombak di pantai Goa Cemara, Bantul, Kamis (6/8/2020).
Dari tujuh wisatawan yang hanyut terseret ombak, baru dua korban yang berhasil ditemukan.
Sementara lima orang lainnya masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan hingga saat ini.
Komandan Satlinmas SAR DIY Wilayah 4, Dwi Rias Pamuji, mengatakan wisatawan nahas tersebut diduga hanyut karena adanya gelombang arus bawah.
Hingga pukul 17.45 petang, ke lima korban lainnya masih belum ditemukan.
Petugas SAR terus bekerja keras untuk mencari lima korban lain.
Pencarian dilakukan dengan menggunakan kamera drone, serta menyisir area pantai.
"Masih terus diupayakan pencarian. Kemungkinan sampai tiga hari ke depan akan terus dilakukan pencarian," ujarnya.
Dwi menyebut, ada kemungkinan bahwa para korban terseret dan masuk ke dalam palung yang ada di bawah laut.
"Mereka masuk ke dalam palung. Memang kalau dari permukaan itu tidak terlihat. Begitu arus bawah, itu mereka langsung tergulung," pungkasnya.
Diingatkan Penjaga Pantai
Mukijan, seorang penjaga di Pantai Goa Cemara menuturkan dirinya sempat mengingatkan para wisatawan untuk tidak bermain terlalu ke tengah laut.
Pasalnya, saat itu kondisi ombak sedang tinggi.
Pria yang akrab disapa Mbah Jolodong ini sebetulnya sudah menyampaikan peringatan kepada 13 rombongan wisatawan tersebut.
"Pagi-pagi saya sudah standby di sini. Saya lihat kok ombaknya besar. Saya ingatkan keluarga itu. Pak, tolong jangan main di tepian pantai, ombaknya besar," katanya.
Karena merasa sudah diberi peringatan, mbah Jolodong pun pergi karena ada urusan.
"Saya harus takziah ke warga Sadeng. Ya saya tinggal memang," imbuh dia.
Sekitar satu jam kemudian, mbah Jolodong mendengar kabar dari rekan petugas lain.
"Ada wisatawan terseret ombak," kata dia menirukan suara via telepon.
Ketika mendengar kabar tersebut, Mbah Jolodong baru sampai di rumah duka kerabat yang meninggal.
"Saya baru sampai di tempat takziah. Langsung dikabari itu. Terus saya tanya, apa itu orang yang bermain bola pagi tadi? Kawan saya jawab, memang mereka orangnya," ungkap dia.
Sampai saat ini, mbah Jolodong masih sulit percaya jika keluarga yang ia peringatkan akhirnya hanyut terseret ombak.
Jenazah Terakhir Ditemukan
Upaya pencarian para korban yang hilang akhirnya membuahkan hasil.
Satu persatu jenazah korban yang hilang terseret ombak Pantai Goa Cemara ditemukan Tim SAR gabungan.
Korban yang terakhir ditemukan adalah Ahmad Khoirul Fata Al-Fath.
Jenazah Fata pertama kali ditemukan oleh nelayan yang mencari lobster di perairan Pantai Pok Tunggal, Gunung Kidul.
Sempat kehilangan jejak, petugas akhirnya berhasil menemukan Fata di perairan Wedi Ombo, dan didaratkan di Pantai Drini.
Setelah proses identifikasi di RS Bhayangkara, jenazah Fata kemudian diserahkan kepada keluarga.
Jenazah Fata tiba di rumah duka pukul 13.28.
Sama seperti kedua orangtuanya, Ulli Nur Rochmi (28) dan Joko Widodo(38) dan dua kakaknya, Muhammad Zafir Zakir Alfarizi (8) dan Muhammad Rizky Romadhon (7), Fata disemayamkan di rumahnya di Glagahombo, Pondokrejo, Tempel, Sleman.
Kalimat Tauhid terus didengungkan di rumah duka.
Kalimat tersebut yang mengantar kepergian Fata ke peristirahatan terakhirnya di Krakitan, Salam, Magelang.
Perwakilan Keluarga, KH Azhari Zainal Abidin merasa bersyukur akhirnya jenazah Data bisa ditemukan.
Ia berharap seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dari Tuhan.
"Alhamdulillah semua berkat pertolongan Allah, kami berdoa agar jenazah bisa segera ditemukan. Yang penting semuanya didoakan sahid akhirat.
Karena mati kecelakaan adalah sahid akhirat. Semoga keluarga diberikan ketabahan dan kekuatan dari Allah SWT,"katanya di rumah duka, Senin (10/08/2020).
"Kami kawal ke sana (Krakitan, Salam), akan dimakamkan di Pondok Pesantren Al-Husain, kami harapkan safaat dari Alquran. Karena memang di sana sering pengajian dan membaca Alquran,"sambungnya.
Ia mendapat pukulan yang besar atas kepergian atas kepergian keluarga Joko Widodo.
Bagaimana tidak, keluarga tersebut adalah santrinya yang sering mengaji bersama.
Ia pun sering mengunjungi rumah keluarga Joko.
"Semuanya adalah santri saya. Saya sempat kaget, tiba-tiba ketiga anaknya dibawa untuk didoakan, supaya menjadi anak yang solih. Kok koyo wong pamitan, jebul pamitan bener (kok seperti orang pamitan, ternyata benar-benar pamit)," lanjutnya.
Pimpinan Ponpes As-Salam Kerisan, Banyurejo,Tempel, Sleman itu berharap kepergian keluarganya menjadi menjadi peristiwa pilu terakhir.
"Semoga ini menjadi peringatan bagi yang lain, harus berhati-hati saat bermain di pantai. Semoga kejadian ini tidak terjadi lagi, jadi peristiwa terakhir,"tutupnya.
Pukul 13.48 jenazah Fata diberangkatkan dari rumah duka ke Krakitan, Salam, Magelang untuk dikebumikan. (Tribunjogja/Miftahul Huda/Tim)