Perlu Dipahami, Vaksin COVID-19 untuk Memutus Penularan Virus Corona, Bukan Imunisasi

Yang perlu dipahami masyarakat adalah pemberian Vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksin untuk program imunisasi.

Editor: Rina Eviana
Dok BIO FARMA
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas dan kapasitas produksi vaksin Covid-19 di Bio Farma. 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Indonesia mulai melakukan uji coba Vaksin COVID-19. Namun demikian Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, Vaksin COVID-19 bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit tersebut.

Menurut Yuri, yang perlu dipahami masyarakat adalah pemberian Vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksin untuk program imunisasi.

"Kita harus melihat bahwa Vaksin COVID-19 jangan disikapi sesebagai vaksin program (imunisasi). Ini (vaksin Covid-19) outbreak respons ya," ujar Yuri dalam talkshow daring bersama Satgas Penanganan Covid-19 yang ditayangkan di saluran YouTube BNPB, Senin (31/8/2020).

Karyawan yang bekerja di lini produksi vaksin virus corona COVID-19 di Apotek Bio Farma memproduksi vaksin tersebut awal tahun depan dengan kapasitas produksi 250 juta vaksin setahun. Foto Diabadikan pada 12 Agustus 2020 di Bandung, Jawa Barat.
Karyawan yang bekerja di lini produksi vaksin virus corona COVID-19 di Apotek Bio Farma memproduksi vaksin tersebut awal tahun depan dengan kapasitas produksi 250 juta vaksin setahun. Foto Diabadikan pada 12 Agustus 2020 di Bandung, Jawa Barat. (Bay ISMOYO / AFP)

"Tujuan dari Vaksin COVID-19 memang untuk secepatnya memutus mata rantai penularan. Ini beda dengan vaksin program," lanjut dia.

Masyarakat harus memahami perbedaan mendasar itu.

Selain itu, kata Yuri, pemberian Vaksin COVID-19 nantinya sangat dipengaruhi oleh kondisi epidemiologi COVID-19 itu sendiri.

"Ini yang harus kita pahami sehingga masyarakat mestinya dari awal sudah mulai kita beri info sebanyak-banyaknya soal ini," tambah Yuri.

Vaksin Virus Corona Bisa Diberikan ke Mayarakat Januari 2021, Ini Penjelasan Presiden Jokowi

Sebelumnya, ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar mengatakan, masyarakat dan pemerintah berharap Vaksin COVID-19 bisa diproduksi akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

Namun, ia mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah tak terlalu euforia seolah Vaksin COVID-19 di Indonesia sudah mulai diproduksi. Euforia itu berdampak pada pengabaian protokol kesehatan.

"Cuma jangan jadi euforia seolah-olah vaksin sudah ada di sini sehingga penduduk menjadi longgar, oh vaksin sudah di depan mata yuk kita belanja lagi, saya pikir peran pemerintah jangan sampai itu jadi euforia," kata Juhaeri dalam diskusi secara daring bertajuk 'Jakarta dan Dunia Memerah Lagi' pada Sabtu (29/8/2020).

Presiden Jokowi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran untuk menyaksikan penyuntikan calon vaksin Covid-19 kepada relawan, Selasa (11/8/2020).
Presiden Jokowi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran untuk menyaksikan penyuntikan calon vaksin Covid-19 kepada relawan, Selasa (11/8/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

 Juhaeri mengatakan, dari segi ilmiah proses pembuatan vaksin memakan waktu berbulan-bulan. Menurut Juhaeri, meski vaksin siap diproduksi, prosesnya tetap tidaklah mudah.

Begini Skema Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Masyarakat Indonesia, Ada yang Gratis dan Berbayar

"Setelah pengujian terakhir yang ke-3 prosesnya akan berbulan-bulan sampai kita siap, kalau kita sudah siap itu enggak gampang diproduksi alat suntik ya enggak gampang diproduksi, jadi hal-hal itu perlu dipertimbangkan," ujar dia.

Diberitakan, Tim riset Vaksin COVID-19 akan mempercepat proses pemeriksaan para relawan dengan menambah frekuensi pengetesan.

Targetnya, agar vaksin itu bisa mulai diproduksi oleh Biofarma pada akhir tahun nanti.

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Riset Vaksin dari Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Selasa (26/8/2020) kemarin.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved