Pendidikan
UIN Suka Yogyakarta Gelar Seminar Online Nasional 'Masa Depan Keilmuan Non Linier di Indonesia'
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta mengadakan seminar nasional secara virtual bertajuk “Masa Depan Keilmuan Non Linier di
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta mengadakan seminar nasional secara virtual bertajuk “Masa Depan Keilmuan Non Linier di Indonesia” selama dua hari, yakni Selasa-Rabu (25-26/8/2020).
Para narasumber yang hadir di ruang pertemuan Gedung Prof Syaifuddin Zuhri UIN Suka Yogyakarta pada Selasa (25/8/2020) terdiri atas Guru Besar UIN Suka, Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah dan Prof. Dr. Iswandi Syahputra, Guru Besar UGM, Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, dan Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Sulistiyowati Irianto.
Sementara, pada hari kedua (Rabu, 26/8/2020) menampilkan Keynote Speech Rektor UIN Suka, Prof. Dr. Phil Al Makin, MA., serta narasumber Guru Besar UIN Suka, Prof. Dr. Machasin, MA. dan Guru Besar ITB, Prof. Iwan Pranoto, M. Sc.
Ketua Senat UIN Suka, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri mengatakan, linearitas dan monodisiplin keilmuan yang dikembangkan selama ini di Indonesia mengakibatkan pola pikir dikotomik.
• UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Mewisuda 596 Wisudawan Secara Daring
Perkembangan dan perubahan zaman menimbulkan banyak masalah baru bagi manusia sehingga memerlukan perubahan habit of mind dan inovasi.
“Misalkan, kasus pandemi Covid-19 menuntut pemecahan penyelesaian dengan multidisiplin ilmu. Permasalahan peradaban kekinian yang begitu kompleks (kesenjangan, kemiskinan, ketidakadilan di semua bidang, kekerasan/bullying, pelecehan, radikalisme/terorisme, dan seterusnya) juga tidak akan bisa terselesaikan dengan baik, jika pendidikan perguruan tinggi masih berkutat pada linieritas keilmuan,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, Indonesia perlu mengambil langkah cepat untuk melahirkan kebijakan di bidang pengembangan keilmuan non linier, agar semua bidang keilmuan (Agama, Sains dan Teknologi, Sosial, Humaniora, dan seterusnya) bisa saling bergandengan dengan luwes untuk menyelesaikan permasalahan kekinian dengan baik.
Melalui forum ini Senat UIN Sunan Kalijaga mencoba menyumbangkan pandangan dan pemikirannya.
Linearitas keilmuan tentu memiliki sisi-sisi positif, tetapi non linearitas keilmuan dipastikan lebih kaya perspektif.
Seperti pada masa pandemi Covid-19, lanjut Siswanto, hampir semua orang dari berbagai bidang ilmu ingin mengetahui wabah ini dalam dunia kesehatan.
• Terkait Kebijakan Penyederhanaan Tarif Cukai Tembakau, Ini Kata Ahli Hukum Tata Negara UIN Suka
Menurut Siswanto, saat ini para ilmuwan tidak hanya menemukan teori, namun juga memberikan contoh konkret penerapan teori dengan adanya internet dan teknologi informasi.
Masyarakat lebih mudah percaya dengan berita dan video yang menyajikan kekonkritan suatu ilmu, meskipun beritanya belum teruji secara keilmuan.
“Selain memperkaya lokalitas khazanah keilmuan bangsa Indonesia, keilmuan non linier sepertinya akan lebih mampu membentengi masyarakat awam Indonesia dari berita hoaks yang masif peredarannya. Betapa sering kita mendapatkan berita yang tidak teruji secara ilmiah, di sinilah keilmuan non-linier dapat memberikan sumbangsih pada dunia akademis dan masyarakat secara bersamaan,” ungkap Siswanto.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar UIN Suka Yogyakarta, Prof. Amin Abdullah menjelaskan era disrupsi karena revolusi industri 4.0 di negara-negara maju sangat berimbas ke tanah air.