Bantul
Di Bekas Pasar Lelang, Para Petani Srigading Bantul Suarakan Tuntutan
Di tengah panas matahari itu, para petani menyuarakan tuntutan. Mereka meminta bekas pasar lelang tersebut yang disewakan kepada satu lembaga keuanga
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Matahari baru saja meninggi, ketika massa yang terdiri dari puluhan atau mungkin ratusan petani Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul bergerak mendatangi bangunan bekas pasar lelang hasil pertanian di desa setempat.
Di tengah panas matahari itu, para petani menyuarakan tuntutan.
Mereka meminta bekas pasar lelang tersebut yang disewakan kepada satu lembaga keuangan dibatalkan.
"Kami datang ingin mempertahankan tempat ini. Selama ini tidak ada sosialisasi. Tapi tiba-tiba mau diambil alih saja. Kami keberatan," kata Ketua Pasar Lelang Pertanian, Sunardi, ditemui di sela aksi, Rabu (26/8/2020)
Aksi sempat diwarnai tensi tinggi, ketika di bangunan bekas pasar itu, pihak penyewa ternyata sudah menyiapkan alat berat, untuk merobohkan bangunan.
Petani yang berdatangan terus bergelombang, semakin banyak.
• Kisah Guru di Bantul, Rela Sambangi Rumah Muridnya Lantaran Prihatin Susah Sinyal
"Demi kesejahteraan petani, saya pertaruhkan nyawa saya," teriak seorang petani.
Beruntung, personel kepolisian dan TNI berjaga di lokasi.
Setelah sempat negosiasi, alat berat berhasil dipukul mundur.
Rencana perobohan bangunan bekas pasar akhirnya dibatalkan.
Sekedar informasi, Bangunan bekas pasar lelang pertanian di Desa Srigading berdiri di atas lahan Sultan Ground (SG).
Luasnya sekitar 2.400 meter persegi.
Di lahan tersebut, sakitar tahun 2008, pada mulanya berdiri bangunan yang oleh para petani Srigading, saat itu dimanfaatkan sebagai Sub Terminal Agribisnis (STA) atau pasar lelang untuk menjual hasil pertanian.
Utamanya komoditas cabai merah.
Seiring berjalannya waktu, beberapa tahun setelah dipakai untuk kegiatan ekonomi petani, bangunan pasar tersebut mengalami kerusakan.
