Bisnis

Mulai Membaik, Likuiditas Koperasi di Yogyakarta Perlahan Tumbuh

Likuiditas koperasi di Yogyakarta perlahan mulai tumbuh setelah mengalami perlambatan ekonomi akibat pandemi yang berkepanjangan.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Yogyakarta, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Likuiditas koperasi di Yogyakarta perlahan mulai tumbuh setelah mengalami perlambatan ekonomi akibat pandemi yang berkepanjangan.

Kepala Bidang Koperasi, Dinas Koperasi dan UKM DIY, Sultoni Nur Rifai menjelaskan, adanya pelonggaran aktivitas membuat likuiditas koperasi merangkak naik hingga 40 persen.

"Sudah mulai ada kemajuan dibandingkan 5 bulan lalu yang sempat mengalami kontraksi hingga 30 persen. Kini, 70 persen dari anggota koperasi sudah mulai melakukan pembayaran cicilan," jelasnya saat dihubungi tribunjogja.com, beberapa hari yang lalu.

Pakar UGM: Pemerintah Diharapkan Beri Stimulus Bagi Koperasi dan UMKM Untuk Bertahan di Masa Pandemi

Berdasarkan data pemerintah daerah (Pemda) DIY, total koperasi di wilayah Yogyakarta mencapai 1900 unit.

Dimana, tercatat sebanyak 301 koperasi paling terimbas covid-19.

Pendataan dinas koperasi dan UKM DIY pada Mei 2020 lalu, dari 301 koperasi yang terdampak terindikasi mengalami kesulitan terkait likuiditas, modal kerja, dan biaya operasional.

Sementara itu, rasionalisasi likuiditas untuk menutupi kelesuan keuangan koperasi selama pandemi terhitung sebesar Rp90,3 miliar.

Sultoni menuturkan, jumlah rasionalisasi likuiditas agar koperasi tetap bertahan dananya sangat tinggi.

Maka, satu-satunya cara untuk menolong koperasi menghindari kebangkrutan harus dari koperasi sendiri.

Sebanyak 100 Koperasi di DIY Daftarkan Anggota untuk Program Dana Hibah Produktif

"Kemungkinan bila tak ada geliat di badan koperasi pada Juli lalu, pailit akan terjadi. Untungnya, setelah ada pelonggaran aktivitas pergerakan roda keuangan di koperasi terhajadi, hingga saat ini," ujarnya.

Naiknya likuiditas di koperasi, lanjut Sultoni, bukan berarti sudah aman untuk bertahan selama pandemi.

Namun, momentum ini dijadikan sebagai modal untuk bangkit bersama sehingga percepatan ekonomi bisa terjadi.

"Tidak boleh cepat puas, soalnya pandemi tidak diketahui sampai kapan berakhirnya. Maka, momen seperti ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, jangan lengah," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved