Pendidikan

Program Guru Kunjung Dinilai Mencapai Target, Disdik Kota Yogyakarta Berencana Lakukan Perluasan

Disdik Kota Yogyakarta sejak akhir Juli 2020 telah menjalankan pilot project guru kunjung di delapan SD Negeri (SDN) dan beberapa SMP Negeri (SMPN).

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
Kepala Disdik Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Yogyakarta sejak akhir Juli 2020 telah menjalankan pilot project guru kunjung di delapan SD Negeri (SDN) dan beberapa SMP Negeri (SMPN).

Sejauh ini, program tersebut dipandang banyak membantu proses pembelajaran siswa, khususnya siswa kelas 1 SD yang baru mengenal lingkungan sekolah.

Maka dari itu, Disdik Kota Yogyakarta pun berencana melakukan perluasan program yang dijuluki “Guru Ngaruhke” tersebut ke sekolah-sekolah lain.

Kepala Disdik Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori mengatakan program guru kunjung dilakukan untuk melayani siswa yang memiliki kesulitan dalam proses belajar daring.

Selama Pandemi, Disdikpora DIY Sebut Pembelajaran SMA/SMK Terkendala untuk Praktikum

Saat ini, kata dia, Disdik Kota Yogyakarta sedang melakukan evaluasi terhadap program tersebut dan berencana melakukan perluasan.

“Akan kita perluas. Sekarang kami evaluasi apakah efektif atau tidak pelaksanaannya. Selama ini kita lakukan di balai-balai RT/RW, rumah warga, atau tempat lain di dekat rumah siswa yang bisa digunakan. Tapi rumah anak-anak SD itu kan dekat dengan sekolah juga, mungkin nanti bisa dilakukan di sekolah,” ujar Budi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/8/2020).

Namun demikian, lanjutnya, protokol kesehatan harus tetap ditegakkan.

Menurutnya, bagaimana pun yang utama saat ini adalah kesehatan dan keselamatan anak.

“Jika kita perluas dan dilakukan di sekolah, tetap nanti seperti yang sudah berjalan. Dihadiri tidak lebih dari 10 anak, waktunya 2-3 jam tanpa istirahat. Yang terpenting harus dengan izin orang tua,” ungkap Budi.

Ia menambahkan, jika langkah perluasan guru kunjung kelak diambil, pihaknya akan tetap berkonsultasi dengan Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

 • Selama Pandemi, Disdik Kota Yogyakarta Targetkan Penyampaian Materi Pelajaran Hanya 60 Persen

Guru Terkendala Tambahan Beban

Terpisah, Kepala Bidang Pembinaan SD Disdik Kota Yogyakarta, Rochmat mengungkapkan hal senada tentang rencana perluasan program guru kunjung di tingkat SD.

“Rencana ada perluasan. Minggu lalu kami sudah lakukan evaluasi bersama delapan sekolah mengenai kendala yang dihadapi seperti apa,” ujarnya.

Rochmat mengatakan, pelaksanaan guru kunjung selama ini sudah sesuai target capaian sekolah.

Semisal, murid yang semula belum bisa mengenal huruf kini sudah bisa mengenal huruf.

“Pelaksanaannya sesuai dengan target sekolah. Walaupun capaian target baru bisa dilihat nanti akhir Agustus, setelah satu bulan berjalan,” tuturnya.

Menurut Rochmat, kendala yang terjadi selama ini ialah permasalahan beban yang terlalu tinggi pada guru.

Sebab, guru harus ikut membersihkan tempat belajar sebelum dan setelah proses pembelajaran.

Cegah Covid-19 Klaster Sekolah, Pemda DIY Putuskan Belum Laksanakan Pembelajaran Tatap Muka

“Kalau di sekolah biasanya itu kan sudah dilakukan Pak Bon (tukang kebun). Ini gurunya jadi harus menyiapkan, tempat belajar kan harus bersih. Setelah anak pulang juga guru membersihkan. Ada guru yang ke sana sendiri atau bersama guru mata pelajaran agamanya,” papar Rochmat.

Rochmat menyebutkan delapan SDN yang telah melaksanakan guru kunjung di antaranya, di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Utara yaitu SDN Terbansari dan SDN Tegalpanggung, UPT Barat yaitu SDN Tegalrejo I dan SDN Petinggen, UPT Selatan yaitu SDN Suryadiningratan I dan SDN Keputran I, serta UPT Timur SDN Warungboto dan SDN Rejowinangun III.

Ia menjelaskan, alasan program guru kunjung hanya dilakukan untuk kelas 1 ialah karena kondisi anak yang baru berpindah dari TK. Sementara, pembelajaran di TK saat pandemi kurang maksimal.

“Kelas 1 itu kan dari TK yang kemarin belum selesai, sehingga anak itu masuk ke jenjang yang lebih tinggi kemudian tuntutannya di sana itu lebih tinggi dibanding TK. Sehingga penguasaan materi itu jauh sekali dengan SD. Ini yang membuat kami berinisiatif,” tutur Rochmat.

Alasan kedua, lanjut dia, siswa kelas 1 dituntut mulai belajar baca, tulis, dan berhitung (calistung).

“Itu enggak mungkin orang tua mampu memberikan pendidikan dan mengajar anak kelas 1 calistung. Itu berat bagi orang tua. Ini permulaan yang mendasar sekali, kalau itu gagal maka risiko selanjutnya tinggi. Pembelajaran mundur semua,” beber Rochmat. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved