Pendidikan

Guru SDN Tegalpanggung Kunjungi Siswa Empat Hari Seminggu

Beberapa sekolah di Kota Yogyakarta menerapkan metode guru kunjung atau disebut "Guru Ngaruhke" khusus kepada siswa kelas 1.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
Nur Handayani, wali kelas 1 SDN Tegalpanggung sedang mengajar dalam kegiatan guru kunjung, Selasa (18/8/2020). Guru dan murid menerapkan protokol kesehatan. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hampir seluruh sekolah di DIY saat ini melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

Beberapa sekolah di Kota Yogyakarta menerapkan metode guru kunjung atau disebut "Guru Ngaruhke" khusus kepada siswa kelas 1.

Satu di antara SD Negeri (SDN) di Kota Yogyakarta yang menerapkan guru kunjung adalah SDN Tegalpanggung.

Hari ini (Selasa, 18/8/2020), Wali Kelas 1 SDN Tegalpanggung, Nur Handayani berangkat dari sekolah pukul 07.30 WIB menuju daerah tempat tinggal siswanya di Ledok Tukangan.

Ia berangkat menggunakan sepeda motor bersama seorang guru agama, seorang guru pendamping khusus (GPK), dan dua mahasiswa PPL. 

Cegah Covid-19 Klaster Sekolah, Pemda DIY Putuskan Belum Laksanakan Pembelajaran Tatap Muka

Lokasi guru kunjung hari ini tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dari sekolah menggunakan sepeda motor.

Namun, untuk memasukinya harus menyusuri pemukiman padat penduduk di antara gang-gang sempit.

Kegiatan belajar hari itu bertempat di rumah seorang warga yang sudah tidak dihuni dan biasa digunakan untuk kepentingan umum warga, semisal Posyandu.

"Untuk ke lokasi ini saya tidak bisa sendiri karena jalannya sempit dan curam. Sudah sempit tapi kadang juga banyak anak bermain sepeda. Jadi minta dibonceng (guru lain atau mahasiswa PPL) setiap ke sini. Karena saya sudah tua, enggak berani. Kalau ke lokasi lain saya bisa sendiri," ujar Nur kepada Tribunjogja.com sebelum mulai mengajar, Selasa (18/8/2020).

Guru yang telah mengajar  selama 40 tahun itu menyampaikan, setiap pekan dirinya melakukan guru kunjung sebanyak empat kali.

Yakni setiap Senin-Kamis pukul 08.00-10.00 WIB. 

Ia memiliki 23 murid di kelas 1.

Selama PJJ, mereka dibagi menjadi empat kelompok sehingga setiap kelompok berisi maksimal 6 anak.

Pembelajaran Tatap Muka Belum Akan Dilakukan di DIY, Sri Sultan HB X : Risikonya Terlalu Besar

Setiap kelompok mendapat giliran hari yang berbeda serta dilakukan di tempat yang berbeda-beda.

Semisal, balai RW atau rumah warga yang hanya digunakan untuk kepentingan umum.

Hal itu dilakukan agar guru kunjung dapat berjalan kondusif dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Seperti yang dilakukan Nur dan timnya pagi itu.

Sebelum masuk ruang belajar, setiap anak diperiksa dengan thermo gun, dicatat suhu tubuhnya, dan diminta memakai hand sanitizer.

"Saya juga bawa masker kalau anak lupa membawa. Selesai belajar mereka langsung dijemput orang tua. Sejauh ini lancar, anak-anak bisa mengikuti protokol kesehatan," tutur Nur.

Ia mengungkapkan, dukungan para wali murid juga secara keseluruhan sangat baik.

"Ada kelompok yang kedapatan hari libur, orang tuanya pada minta digantikan di hari lain. Kata saya monggo saja, kami laksanakan di hari Jumat," tambahnya.

Namun demikian, Nur masih menemukan kendala berupa adanya beberapa siswa yang tidak hadir.

Sekolah di Wilayah Zona Kuning Diizinkan Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Ini Penjelasan Mendikbud

Padahal, menurutnya, guru kunjung adalah kesempatan murid untuk bertemu guru.

"Kami juga masih menerapkan pembelajaran daring kepada kelompok yang bukan gilirannya dikunjungi. Materi yang saya berikan saat guru kunjung, saya berikan juga lewat daring melalui grup wali murid. Jadi semua dapat materi yang sama," terang Nur.

Ia menambahkan, guru kunjung sangat penting dilakukan khususnya bagi siswa kelas 1.

"Sangat penting karena kelas 1 kalau enggak ada guru kunjung enggak tahu siapa gurunya. Guru juga enggak tahu siapa muridnya. Di guru kunjung ini target kami lebih difokuskan pada pelajaran baca, tulis, hitung (calistung)," beber Nur.

Sementara, guru agama SDN Tegalpanggung, Siti Rohmaniyah yang juga melakukan guru kunjung hari itu, menjelaskan dirinya setiap hari ikut mendampingi kegiatan tersebut.

Siti memberikan materi di awal kelas sekitar 30 menit.

Disdikpora Kabupaten Kulon Progo Belum Menerapkan Pembelajaran Tatap Muka Bagi Siswa

"Jadwal mata pelajaran agama satu kali seminggu. Tetapi kalau hanya satu hari berarti ada murid yang tidak ketemu. Jadi saya mendampingi setiap kali guru kunjung," ungkap guru yang mengajar mata pelajaran agama kelas 1-6 itu. 

Sebelumnya, Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Yogyakarta, Rochmat mengatakan PJJ tidak cukup memenuhi kebutuhan pendidikan siswa, terutama bagi siswa kelas 1 SD.

Oleh karena itu, pihaknya menerapkan pilot project atau uji coba program guru berkunjung kepada 8 SDN.

Rochmat menyebutkan delapan SDN tersebut di antaranya, di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Utara yaitu SDN Terbansari dan SDN Tegalpanggung, UPT Barat yaitu SDN Tegalrejo I dan SDN Petinggen, UPT Selatan yaitu SDN Suryadiningratan I dan SDN Keputran I, serta UPT Timur SDN Warungboto dan SDN Rejowinangun III.

“Syaratnya harus dengan izin orang tua siswa. Setiap tempat belajar kami survey dulu. Anak-anak cuci tangan sebelum masuk, diperiksa thermo gun, setiap anak didata berapa suhunya,” ujar Rochmat. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved