Bantul

Kasus Kebakaran di Bantul Didominasi Human Eror dan Korsleting Listrik

Kasus kebakaran selama ini hampir terjadi merata di seluruh wilayah dan Kecamatan di Bantul.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Jumlah kasus kebakaran di Kabupaten Bantul terbilang masih cukup tinggi.

Selama periode Januari hingga pertengahan Agustus 2020 tercatat sudah ada 53 musibah kebakaran.

Penyebabnya beragam, tetapi didominasi oleh kelalaian manusia (human eror) dan korsleting listrik

Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto mengatakan, kasus kebakaran selama ini hampir terjadi merata di seluruh wilayah dan Kecamatan di Bantul.

Umumnya, kata dia, kebakaran yang terjadi di lahan, disebabkan karena warga kurang cermat ketika membakar sampah.

Api tidak dilokalisasi dengan baik sehingga merembet dan membakar area sekitarnya.

Pemadam Kebakaran Disiapkan Jadi Dinas

Sedangkan kebakaran dengan objek rumah ataupun toko, kata dia, biasanya terjadi di wilayah padat penduduk.

Penyebabnya, karena hubungan arus pendek listrik maupun kelalaian manusia, seperti lupa mematikan barang elektronik, lilin maupun kompor. 

"Hampir rata-rata kasus kebakaran di Bantul terjadi karena dua itu. Human eror dan korsleting listrik," ucap dia, Kamis (13/8/2020)

Dwi mengimbau, agar masyarakat selalu waspada dan mengurangi potensi yang bisa menimbulkan terjadinya kebakaran.

Satu di antaranya dengan memerhatikan kondisi rumah masing-masing, terutama pada instalasi listrik.

Menurut dia, saat ini memasuki musim kemarau tetapi kadang masih turun hujan, sehingga dimungkinkan kabel yang umurnya sudah lama mudah mengelupas karena sering terkena panas dan hujan. 

Selain itu, ketika akan bepergian dan meninggalkan rumah, sebaiknya jangan terburu-buru.

"Cek betul, apakah sedang menghidupkan kompor atau tidak. Alat elektronik strika dimatikan. Jangan sampai kelupaan," ucap dia. 

Mahasiswa UGM Tawarkan Gagasan Perlindungan Hutan dari Kebakaran

Kurang Armada 

Selama ini, petugas pemadam kebakaran dari BPBD Bantul, menurut Dwi sudah bekerja maksimal dan terus meningkatkan kinerja.

Meskipun, respon cepat 15 menit belum sepenuhnya dapat tercapai karena kekurangan armada.

Terutama saat terjadi kebakaran di wilayah kecamatan Dlingo, menurutnya cukup sulit. 

"Karena disana belum ada pos pemadam kebakaran," ucap Dwi. 

Saat ini untuk mengcover seluruh wilayah, BPBD Bantul mengaktifkan empat pos pemadam kebakaran yaitu di Banguntapan, Kasihan, Sedayu dan Imogiri, serta satu pos induk di kantor BPBD Bantul.

Sebenarnya masih ada dua pos lagi di kecamatan Piyungan dan Pundong.

Angka Peristiwa Kebakaran di Bantul Cukup Tinggi, Ini Imbauan BPBD Bantul

Tetapi dus pos tersebut belum bisa dioperasikan optimal karena kekurangan personel dan perlu ada penambahan prasarana. 

Adapun untuk armada pemadam kebakaran, dikatakan Dwi, Bantul memiliki enam armada dan dua mobil tangki.

Jumlah tersebut menurutnya belum ideal.

Mengingat Bantul memiliki wilayah yang cukup luas.

Jika berhitung kebutuhan, masing-masing pos seharusnya memiliki dua armada pemadam kebakaran dan satu mobil tangki. 

Bantul sekarang memiliki tujuh pos pemadam.

"Harusnya memiliki 14 mobil pemadam kebakaran dan 7 mobil tangki untuk suplai air," ucap dia. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved