Angka Peristiwa Kebakaran di Bantul Cukup Tinggi, Ini Imbauan BPBD Bantul

Tercatat lebih dari 175 insiden kebakaran melanda kabupaten Bantul sepanjang musim kemarau tahun ini.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul mencatat lebih dari 175 insiden kebakaran melanda bumi Projo Tamansari sepanjang musim kemarau tahun ini.

Teriknya cuaca pun diakui menambah keganasan si jago merah.

Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Dwi Daryanto, berujar dari sejumlah insiden tersebut, 50 persen di antaranya melanda rumah warga, maupun pemukiman penduduk.

Sementara sisanya, merupakan lahan kosong, hingga ladang yang statusnya milik negara.

"Ya, kemarau panjang memang meningkatkan angka kebakaran. Lahan milik negara, atau Sultan Ground yang terbakar sekitar lima hektar, terakhir itu di Selopamioro," katanya.

Dwi menjelaskan, lahan-lahan tersebut bisa terbakar karena percikan api, yang sebagian besar disebabkan oleh proses pembakaran sampah yang dilakukan oleh warga sekitar.

Bukan tanpa alasan, di tengah kemarau, dedaunan pun mengalami pengeringan.

"Sebetulnya, kalau sampah itu tidak dibakar, tidak mungkin menimbulkan percikan api. Kalau hanya puntung rokok, saya rasa itu tidak bisa sampai membakar, walaupun kering," jelasnya.

Sementara untuk rumah warga, ia mengakui, kejadian cukup banyak dijumpai.

Tapi, dapat dipastikan, tingkat kerugian tidak terlalu besar, karena api sangat jarang melahap keseluruhan isi rumah.

Menurutnya, si jago merah bisa segera dan cepat dipadamkan. 

"Rumah yang kebakaran ada, tapi rata-rata hanya di bagian dapur saja, tidak sampai habis. Hampir 90 kejadian di Bantul," ucapnya.

Lagi-lagi, percikan api dari pembakaran sampah yang dilakukan warga, menjadi salah satu penyebab insiden terjadi di pemukiman.

Selain itu, faktor korsleting listrik, hingga kelalaian mematikan kompor ketika sedang memasak turut jadi penyebab kebakaran.

"Kami berharap pada masyarakat, di musim kemarau ini, kalau bakar sampah harus ditunggu sampai apinya habis. Sehingga, tidak sampai merembet dan membahayakan lingkungan sekitar," tandasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved