Informasi Cuaca

Yogyakarta Diguyur Hujan, BMKG : Gangguan Cuaca Sesaat Akibat Kovergensi

HUjan di Yogyakarta diakibatkan oleh adanya gangguan cuaca sesaat berupa belokan atau perlambatan kecepatan arah angin di wilayah Pulau Jawa

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Mona Kriesdinar
pexels.com
Ilustrasi Hujan 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan terjadi gangguan cuaca sesaat berupa belokan atau perlambatan kecepatan arah angin di wilayah Pulau Jawa.

Hal inilah yang memicu turunnya hujan hampir merata di wilayah Yogyakarta pada Selasa (11/8) malam.

Berdasarkan hasil pemutakhiran citra radar cuaca di wilayah DIY, BMKG Yogyakarta memperoleh data bahwa hujan dengan intensitas ringan terjadi di sebagian besar area Kulon Progo, Sleman, Kota Yogyakarta serta Bantul dan Gunungkidul bagian utara.

"Intensitasnya sedang ringan yakni 15-40 mm. Ini biasa terjadi di sela musim kemarau," jelas Kepala BMKG Stasiun Geofisika Sleman, Agus Riyanto dikonfirmasi.

Agus menjelaskan, kondisi demikian diprakirakan akan bertahan selama satu hingga dua hari ke depan.

Sebabnya, terdapat gangguan cuaca yang bersifat sementara dikarenakan adanya konvergensi atau perlambatan kecepatan arah angin di wilayah Jawa.

"Diperkirakan hanya bertahan 1 - 2 hari saja.

Ini hanya gangguan cuaca sesaat akibat konvergensi (belokan dan perlambatan kecepatan angin) di wilayah Jawa," terangnya.

Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi DIY menyebut dalam 2-3 hari ke depan, suhu minimum di wilayah DIY pada malam hingga pagi hari mencapai 20-22 Celcius.

Sedangkan, siang hari suhu maksimum mencapai hanya berkisar 29-31 Celcius.

Kepala kelompok data dan informasi Stasiun Klimatologi DIY, Etik Setyaningrum mengatakan, jika suhu dingin dan kering yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat saat ini merupakan dampak dari intrusi atau bertiupnya angin yang berasal dari Australia (monsoon dingin Australia).

"Di mana saat ini di benua Australia sedang memasuki musim dingin.

Intrusi angin dingin (monsoon dingin Australia) yang berasal dari Australia ini berdampak pada temperatur yang terasa dingin terutama di wilayah bagian selatan Indonesia termasuk Jogja," ujar Etik.

Intrusi angin dingin Australia ini di samping sifatnya dingin juga bersifat kering karena kandungan uap air sangat rendah. Sehingga, pertumbuhan awan saat ini juga sangat kecil terjadi.

"Dengan kurangnya tutupan atau pembentukan awan, berdampak pula pada radiasi balik bumi ke atmosfer dengan cepat keluar dari bumi, akibatnya temperatur di bumi menjadi cepat dingin," sambung Etik.

Minta Tak Salahkan Pemerintah, Ini Saran SBY untuk Presiden Jokowi Dalam Tangani Ekonomi dan Corona

DPRD Kota Yogya Dukung Pemkot Fokuskan Alokasi Danais untuk Kegiatan Non Fisik

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved