Politik Turki

97 Tahun Perjanjian Laussane dan Politik Agresif Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Presiden Turki Tayyip Erdogan dan pendukungnya berusaha keras mengamandemen perjanjian Laussane yang ditandatangani pada 24 Juli 1923

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
YASIN BULBUL / AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. 

Mereka berperang dan mengusir kekuatan kolonial Eropa keluar dari benteng terakhir Ottoman ini. Sebagian besar wacana pembentukan Timur Tengah modern dan perbatasan artifisialnya berpusat di sekitar Kesepakatan Sykes-Picot.

Membagi Wilayah Ottoman

Kesepakatan ini ditengahi Inggris dan Prancis, bertujuan membagi-bagi wilayah Kekaisaran Ottoman yang tengah menuju runtuh itu.

Namun, warisan Perjanjian Lausanne secara rinci membahas perbatasan dan masa depan Republik Turki modern.

Dalam perjanjian damai ini, yang merupakan hasil konferensi selama tujuh bulan di kota Lausanne  Swiss, Turki secara resmi melepaskan semua klaim atas bekas wilayah Arabnya.

Mereka mengakui pencaplokan Britania atas Siprus dan pencaplokan Italia atas pulau-pulau Dodecanese.

Turki membuka kembali kesempatan Italia masuk ke Selat Turki di Dardanelles dan Bosphorus menuju pelayaran internasional.

Sebagai imbalannya, kekuatan sekutu meninggalkan upaya untuk campur tangan di dalam perbatasan Turki.

Mereka menjatuhkan tuntutan mereka untuk Kurdistan yang otonom dan lebih banyak wilayah untuk Armenia, dan tidak memaksakan kontrol terhadap keuangan Turki. atau kekuatan militer.

Perjanjian Lausanne secara efektif memberikan legitimasi internasional kepada Republik Turki setelah Kekaisaran Ottoman tidak ada lagi.

Perjanjian ini ditandatangani Turki, Inggris, Prancis, Italia, Jepang, Yunani, Rumania dan Yugoslavia, dan mulai berlaku pada 6 Agustus tahun berikutnya.

Hijaz Direbut Dinasti Ibn Saud

Tahun-tahun sebellumnya, keruwetan, perebutan kekuasaan dan wilayah menerjang Hijaz (Arab Saudi).

Dinasti Abdul Aziz al Saud (Ibnu Saud) muncul menjadi pesaing keluarga Hashemite. Hijaz akhirnya direbut Al Saud, dan keluarga Hashemite akhirnya tersingkir ke Transyordania (Yordania).

Suriah dikangkangi Prancis, termasuk Lebanon. Sementara Irak dan Mesir diserahkan ke Inggris. Semua wilayah ini dikontrol penuh blok Sekutu, termasuk Palestina.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved