Kisah Inspiratif

Demi Dapatkan Sinyal Internet, Mahasiswa dan Pelajar di Magelang Terpaksa 'Ngemper' di Pinggir Jalan

Meskipun gelap, ia pun memberanikan diri ke spot tersebut. Mengirim tugas di atas sepeda motor yang masih menyala untuk penerangan.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Teara Noviyanti Sekar Melati (tengah); adiknya, Siti Salma Putri Salsabila (kanan) dan sepupunya, Fitri Zahrotul Mufidah (kiri), saat belajar dan kuliah daring di pinggir jalan di Desa Bigaran, Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (21/7/2020). 

Namun, ia tidak mempunyai pilihan lain karena di tempat itulah ia bisa belajar.

Bermodalkan keberanian, ia belajar daring di sana.

Ibu Teara pun mewanti-wanti agar dirinya selalu berhati-hati saat belajar di sana.

"Ibu bilang, sing penting ati-ati. Misal ada orang yang tak dikenal, saya harus siap bawa kunci motor, biar langsung gas. Barangkali ada yang berniat jahat. Pernah ada orang tanya arah, saat itu saya masih ikut kuliah daring menggunakan zoom. Teman-teman sempat khawatir karena saya berbicara dengan orang asing, tetapi alhamdulillah sampai saat ini lancar," tutur putri sulung dari Sutedjo dan Kumara Yani itu.

Kalau berangkat kuliah daring, Teara juga harus bersiap-siap dulu.

Ia membawa laptop, buku, handphone, kabel data, dan alat tulis.

Kalau jam kuliah agak lama, ia harus mengecas laptopnya hingga full terlebih dulu di rumah.

Paling lama, ia kuliah daring dari pukul 07.00 WIB pagi hingga pukul 14.00 WIB sore hari.

Seharian ia memantengi laptop dan mengerjakan tugas di sana.

Hari Pertama Tahun Ajaran Baru di Tengah Pandemi Corona, Sekolah Gelar MPLS Secara Daring

"Seminggu, lima hari saya kuliah daring. Setiap pagi ke sini. Tak tentu, tergantung jadwal kuliah. Mulai pukul 07.00, 08.00, dan bahkan saat hari Kamis itu full. Pernah pukul 07.00 sampai pukul 14.00 sore. Di sini. Duduk di pinggir jalan, mantengin laptop garap tugas, kepanasan. Awalnya, memakai alas kardus, sekarang ya cuma duduk di sini saja. Kadang bawa bekal dari rumah. Kadang disusul sama ibu. Ibu tahu titiknya di sini. Orang-orang sini pada tahu, kalau mencari sinyal di sini," kata Teara.

Ayahnya bekerja sebagai petugas security di Semarang dan ibunya sebagai ibu rumah tangga biasa.

Kondisi seperti ini dirasakan Teara sangat berat.

Pertama, ia kesulitan sinyal yang susah di tempat tinggalnya.

Jadwal mata kuliah yang bergonta-ganti tak tentu.

Usai kuliah, tugasnya tentu banyak sekali dan mengerjakan itu semua memerlukan sambungan internet.

Sementara di sana, ia susah sinyal.

Tempat tinggalnya yang pelosok dan agak jauh dari mana-mana.

Ia pun kadang harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kuota internet.

Sebulan itu, ia menghabiskan Rp 50 ribu.

Uang sebesar itu juga dirasakannya masih kurang, karena tak sampai sebulan kuota internet sudah habis.

"Berat banget. Pertama, karena sinyal susah. Jadwalnya kadang gonta-ganti gak menetap. kadang tahu pun kalau sudah selesai kuliahnya. Tugasnya tentu banyak sekali. Tugas itu pun harus membutuhkan internet untuk mencari informasi dan browsing di internet. Sementara di sini, susah sinyal. Pulsa internet itu Rp 50 ribu untuk sebulan. Ada bantuan pulsa,tetapi itu untuk potongan SPP.  Sehingga sama aja, saya harus membeli. Kadang kuota itu juga tidak bertahan sebulan," tutur Teara.

Teara pun berharap ada sambungan internet yang dapat diakses olehnya dan teman-temannya supaya mereka dapat belajar dengan tenang.

Misal dari pemerintah, pihak kampus, yang dapat memberikan fasilitas itu, sehingga banyak dari rekan-rekannya, sesama pelajar maupun mahasiswa, yang kesulitan sinyal dan koneksi internet di sana dapat terbantu.

"Kami berharap ada wifi yang bisa diakses buat saya dan teman-teman. Adik-adik yang sedang sekolah. Free wifi, yang dapat diakses. Entah dari pemerintah atau kampus atau pihak manapun yang bisa membantu menyediakan. Karena tidak hanya saya, tapi  teman-teman saya banyak yang kesulitan sinyal," keluh Teara.

Soal kuliah daring di pinggir jalan, Teara mengaku pihak kampus sudah menghubunginya.

Ia sudah dihubungi oleh kepala program studi, dosen, dan bahkan dekan, menanggapi masalah tersebut.

Teman-teman kuliahnya pun juga bersimpati dengan kondisi yang dihadapinya.

Sebagian menawarkan Teara dapat mampir ke rumah mereka dan kuliah daring bersama-sama di sana.

"Teman-teman sangat bersimpati, menawarkan saya untuk ke rumahnya, tetapi memang lokasinya yang jauh. Paling dekat juga Borobudur, daerah Tuksongo. Seringnya di situ, tetapi saya merasa tak enak kalau tiap hari ke sana bertamu. Saat pagi, berangkatnya juga harus pagi-pagi sekali. Belum persiapannya. Jadi saya berpikir, sepertinya lebih efektif jika di sini," tuturnya.

Sementara itu, Adik perempuan Teara, Siti Salma Putri Salsabila (13), pelajar kelas 2 MTs Negeri 1 Magelang, ikut belajar bersama kakaknya di pinggir jalan.

Ia mengaku kesulitan sinyal saat belajar di rumah, sehingga ia memutuskan belajar daring di tempat tersebut.

Kegiatan ini sudah ia lakukan sejak bulan Maret 2020, saat sekolah memberlakukan pelajaran daring.

"Di rumah tidak ada sinyal. Yang ada sinyal, hanya di sini. Ya sudah di sini mencari sinyalnya. Bersama kakak belajar di sini. Saya sekolah daring dari Maret, karena ada corona dan lockdown, terus di sini. Di sini, saya mengerjakan tugas pelajaran seperti biasa. Awalnya sehari lima mata pelajaran, tapi di tahun ajaran baru ini sehari bisa 3-5 mata pelajaran," kata Salma.

Saat belajar di sana, Salma memang merasa kurang berkonsentrasi. Banyak kendala, baik cuaca saat hujan, bahaya lain.

Ia berharap ada sambungan internet dan tempat layak untuknya bisa belajar daring dengan nyaman.

Tak hanya untuknya, tetapi juga teman-temannya di sana yang juga kesulitan belajar daring.

"Konsentrasi terganggu. Kalau panas, kepanasan. Kalau hujan, kehujanan. Terus bahaya juga. Harapan, ada wifi buat kita, karena banyak di desa sini yang butuh, banyak teman-teman yang kesulitan dengan daring. Di sini kesulitan sinyal dan jaraknya yang jauh dari tempat mana-mana," pungkas Salma. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved