Kisah Inspiratif
Lestarikan Sistem Pertanian di Perkotaan, Kampung Lorong Hijau Raih Beragam Penghargaan
Kelompok Tani Tanam Tuwuh dibentuk dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat untuk tetap melestarikan sistem pertanian di perkotaan.
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kampung Lorong Hijau yang dimonitori oleh Kelompok Tani Tanam Tuwuh ini awalnya diinisiasi oleh Sukirman.
Sukirman beranggapan dengan memberi nama Tanam Tuwuh diharapkan dengan memiliki keyakinan penuh apa yang ditanam nantinya akan tumbuh dan mendapatkan hasilnya.
Kampung lorong hijau berlokasi di RW 13 Kelurahan Karangwaru Kidul, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Ia menceritakan awalnya mendirikan Kelompok Tani Tanam Tuwuh karena mencoba membangun kesadaran masyarakat untuk tetap melestarikan sistem pertanian di perkotaan.
Di samping itu, memanfaatkan beberapa lahan kosong milik warga setempat yang ditinggal ke luar kota.
• Selokan di Kampung Mrican yang Dulu Kotor, Kini Bersih Penuh Ikan
Harapannya dengan adanya program ini dapat memenuhi kebutuhan masing-masing masyarakat.
Terlebih dapat menghasilkan dan menstabilkan kebutuhan bahan pangan.
"Ketika harga pangan saat itu lumayan tinggi misalnya harga cabai mencapai Rp 75 ribu sampai Rp 80 ribu di pasar. Kondisi tersebut membuat kita mencoba untuk menanam cabai sendiri. Ketika harga cabai mahal, kita malah mengalami surplus cabai," tuturnya Kamis (16/7/2020).
Jenis tanaman yang di tanam oleh Kelompok Tani Tanam Tuwuh, awalnya hanya sayuran yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat kesehariannya.
Misalnya cabai, terong, sawi, kangkung dan kol.
Namun, lambat laun masing-masing rumah juga menanam tanaman secara mandiri di lahan pribadinya.
"Ada yang menanam tanaman hias dan tanaman obat keluarga (toga)," ucapnya.
Sekarang ini terdapat sebanyak 25 varietas tanaman sayur yang telah ditanam oleh Kelompok Tani Tanam Tuwuh.
Selain itu, terdapat jug beberapa koleksi tanaman langka.
Terlebih kegiatan bercocok tani ini juga telah mendapatkan dukungan dari Dinas Pertanian Kota Yogyakarta pada 2019 lalu, terbukti dengan memberikan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan tersebut.
• BREAKING NEWS : Update Covid-19 di DIY 15 Juli 2020, Bertambah 9 Kasus Positif Baru
Seperti fasilitas media tanam, perlengkapan untuk bercocok tanam dan kebutuhan bibit tanaman.
Kegiatan yang dimonitori oleh Kelompok Tani Tanam Tuwuh ini dibentuk sejak 14 April 2018 dan telah diresmikan oleh Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Purwadi pada 30 November 2019.
Tak hanya itu, kelompok tani ini dibuat untuk memudahkan koordinasi dengan masyarakat termasuk penjadwalan penyiraman setiap harinya.
Dalam melestarikan kegiatannya, kelompok ini melibatkan semua masyarakat.
"Setiap harinya kurang lebih ada tujuh orang yang merawat dari Senin sampai Minggu. Begitupun seterusnya," kata Sukirman.
Di kampung ini juga terdapat kegiatan bersih desa yang dilakukan setiap 1 bulan atau 2 bulan sekali.
Serta kegiatan bercocok tanam mulai dari penanaman, pemupukan hingga masa panen.
Sukirman melanjutkan, untuk kegiatan pelatihan juga sering diadakan dengan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kota Yogyakarta dan Dinas Pertanian Provinsi DIY.
Misalnya pelatihan terkait kualitas benih, hama dan membuat pupuk organik.
• Sultan Tidak Melarang Proses Syuting di Yogya, Asal Penuhi Syarat Ini
"Nanti ada pendampingan dari Penyuluh Pendamping Lapangan (PPL) yang akan memberikan pembelajaran ke masyarakat," tuturnya.
Terkait masa panen rata-rata biasanya setiap 3 bulan sekali.
Ia mengungkapkan, masa panen juga langsung dikelola langsung oleh kelompok tani yang kemudian dipasarkan ke masyarakat.
Uang dari hasil penjualan tersebut dikelola kembali untuk membeli bibit yang akan ditanam selanjutnya.
Hasil panen yang dijual ke masyarakat juga lebih murah dari harga di pasaran.
Dari program bercocok tani ini berbagai penghargaan telah diperoleh.
Diantaranya juara 1 tingkat kelurahan, juara 1 tingkat kecamatan untuk kategori kampung hijau dan lorong sayur.
Serta pada 2019 lalu mendapatkan penghargaan Ke Hati Award Kota Yogyakarta dari kategori koleksi tanaman langka.
• BREAKING NEWS : Hari Ini Kasus Baru Covid-19 di DIY Tambah 8 Orang, Total jadi 404
"Hampir semua tanaman langka yang menjadi ciri khas Kota Yogyakarta juga tertanam di sini. Ada wuni, gowok, duwet, kenari, gayam bahkan mentaok," paparnya.
Beberapa daerah juga telah datang berkunjung di kampung ini untuk melakukan studi banding mengenai pertanian dengan memanfaatkan lahan sempit yaitu halaman rumah dan gang perkampungan dengan menggunakan media planter bag, fertikultur dan hidroponik.
Diantaranya kunjungan dari Kalimantan Timur, Pamekasan, Serdang, Magelang dan Bangka Belitung.
Dengan branding kampung wisata edukasi berbasis pertanian perkotaan yang masih dalam proses ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Terlebih kegiatan dari Kelompok Tani Tanam Tuwuh ini juga didukung oleh Ischaaq Hasyim Rosyidi selaku Ketua RW 13 Kelurahan Karangwaru.
"Saya selalu mengikuti, membimbing dan mengarahkan masyarakat. Disamping itu masyarakat yang ikut berpartisipasi tetap semangat untuk menghijaukan kampung lorong hijau yang berada di wilayah Karangwaru Kidul ini," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)