Polemik Pencemaran Limbah di Kali Pancuran, Industri Tahu-Tempe Diminta Bangun IPAL Mandiri

Polemik Pencemaran Limbah di Kali Pancuran, Industri Tahu-Tempe Diminta Bangun IPAL Mandiri

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja/Alexander Ermando
Seorang warga memancing di Kali Pancuran yang keruh, Rabu (15/07/2020). Sungai di wilayah Siraman, Wonosari tersebut sudah sekian lama tercemar limbah industri rumahan tahu-tempe 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kali Pancuran yang melintasi Kalurahan Siraman, Wonosari, Gunungkidul mengalami pencemaran yang cukup parah.

Pencemaran ini disebabkan oleh limbah sejumlah industri pembuatan tahu-tempe selama bertahun-tahun.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Aris Suryanto mengungkapkan mediasi sudah dilakukan berkali-kali dengan pemilik usaha pembuatan tahu-tempe tersebut.

"Kami berharap mereka membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) secara mandiri, tapi belum ada kemauan," jelas Aris lewat pesan singkat pada Rabu (15/07/2020).

Aris pun mengeluhkan sikap dari pelaku usaha tersebut.

Sebab sejatinya pembangunan IPAL perlu dilakukan mengingat usaha dijalankan oleh mereka. Namun hingga saat ini tidak ada niatan untuk membuat IPAL tersebut.

Kali Pancuran Tercemar Limbah Pabrik Tahu dan Tempe, Hanya Ikan Sapu-sapu dan Sepat yang Bisa Hidup

Kasus Covid-19 Masih Meningkat, Pakar UGM Sarankan ASN di DIY Masih WFH

Sedangkan DLH Gunungkidul sendiri sampai saat ini belum bisa menyediakan IPAL komunal khusus di wilayah tersebut. Sebab, Aris mengaku pihaknya tidak memiliki dana untuk membangun IPAL.

"Maka mau tidak mau saat ini Social Enforcement yang dikedepankan dengan melibatkan tokoh masyarakat. Namun kami tetap membantu proses mediasinya," paparnya.

Social Enforcement yang dimaksud Aris adalah dengan mengajak warga bergerak bersama menjaga kebersihan sungai.

Warga juga diharapkan memberi pemahaman pada pelaku usaha untuk tidak membuang limbah langsung ke sungai tanpa proses.

Mengingat masalah ini berlarut-larut, Aris mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi terkait.

Aduan ke Polres Gunungkidul pun sudah dilakukan lantaran pengusaha industri masih membandel.

"Koordinasi dengan Polres sudah kami lakukan, termasuk menyerahkan data pemantauan air sungai," kata Aris.

Sejauh ini, DLH Gunungkidul tetap berupaya untuk melakukan langkah-langkah persuasif.

Prinsip musyawarah pun tetap dikedepankan saat mediasi warga dengan pelaku usaha.

Ketua RW 05 Besari di Siraman, Suparman mengatakan mediasi sebelumnya sudah dilakukan.

Kesepakatan pun tercapai, yaitu pelaku industri pembuatan tahu-tempe tak lagi membuang limbahnya ke Kali Pancuran.

"Sungai sempat bersih, namun tak berapa lama limbah datang lagi dan sungai kembali keruh seperti sebelumnya," tutur Suparman saat ditemui siang tadi. (Tribunjogja/Alexander Ermando)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved