Jawasastra Gelar Sayembara Misuh Internasional Bertema '#Misuhi Pandemi'
Sayembara Misuh Internasional tersebut digelar dengan berlatar belakang misuh yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Muhammad Fatoni
Peserta sendiri dituntut untuk mampu misuh dengan berbahasa Jawa.
Adapun, teknis pelaksanaan kegiatan sayembara misuh pada 2020 yang digelar oleh komunitas Jawasastra sendiri diantaranya.
Pertama, individu maupun kelompok membuat video Bahasa Jawa plus misuh. Durasi maksimal tiga menit.
Video dilarang berisikan konten rasis dan seksis.
"Videonya sendiri diupload ke akun masing-masing peserta. Boleh di akun Instagram perseorangan maupun akun Instagram kelompok. Jangan lupa tag akun Instagram @Jawasastra. Tidak lupa isi deskripsi isi video di caption foto. Jangan lupa sertakan hashtag #misuhipandemi," terang Yani.
Komunitas Jawasastra sendiri merupakan komunitas yang menaruh perhatian terhadap kebudayaan Jawa. Komunitas tersebut berisikan mahasiswa dari Sastra Nusantara (Jawa) Fakultas Ilmu Budaya UGM maupun alumni.
"Kami sering nongkrong bareng. Sering juga membuat kegiatan yang bersinggungan dengan kebudayaan Jawa. Namun, komunitas kami tidak terikat dengan kampus, kami juga dibantu dari alumni dari berbagai kampus yang memang menaruh perhatian kepada kebudayaan Jawa, bukan hanya sastra, kesenian, tapi secara keseluruhan," terangnya.
Bicara soal target, Jawasastra sendiri ingin mengajak masyarakat umum, khususnya masyarakat Jawa untuk memahami kebudayaan Jawa secara utuh.
Jadi tidak hanya terbatas oleh kalangan, akademisi hingga sosiolinguistik yang memang kerap meneliti soal budaya misuh. Sedangkan, masyarakat masih menganggap misuh sebagai hal yang tabu bahkan negatif.
"Kami ingin menyalurkan hasil belajar kami ke masyarakat juga. Jadi, tidak ada jarak yang begitu jauh dalam pemaknaan budaya Jawa. Itu target muluk kami. Biar kita berpikir kritis bersama, orang itu nantinya nggak kagetan, nggak gampang ngomeni orang lain, kalau pemahamannya (budaya Jawa) makin luas kan makin njawani," jelasnya.
Sampai saat ini, peserta yang sudah membuat video sayembara misuh tahun 2020 bertajuk misuhi pandemi Covid-19 ini sebanyak 10 peserta.
Rata-rata yang sudah mengirimkan karyanya adalah masyarakat secara umum bukan hanya dari pemerhati kebudayaan Jawa maupun kalangan akademisi.
"Lebih variatif, lebih menyenangkannya justru yang mengumpulkan karya adalah masyarakat secara umum. Ternyata memang bisa menembus semua lapisan, akhirnya tujuan kami tercapai," ungkap dia. (*)