Jawasastra Gelar Sayembara Misuh Internasional Bertema '#Misuhi Pandemi'
Sayembara Misuh Internasional tersebut digelar dengan berlatar belakang misuh yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mengumpat atau yang biasa dikenal sebagai misuh dalam bahasa Jawa kerap kali dianggap tabu oleh masyarakat.
Umpatan yang biasanya berbau kasar, sering kali dianggap kontradiktif dengan budaya Jawa.
Namun demikian, merunut kebiasaannya misuh dianggap sebagai bagian dari budaya keseharian dari masyarakat Jawa.
Tidak sedikit yang menilai, misuh adalah ungkapan perasaan yang jujur. Bahkan, beberapa daerah Jawa punya kata-kata misuh yang khas.
Untuk itu tidak lah janggal jika Jawasastra, sebuah kelompok gerakan alternatif kebudayaan menyelenggarakan sayembara Misuh Internasional 2020 untuk memisuhi pagebluk Covid-19.
Acara yang digelar untuk mewadahi orang untuk misuh dalam budaya Jawa tersebut diadakan mulai dari tanggal 8 Juli sampai dengan 7 Agustus 2020.
Kali ini, tema yang diambil adalah #misuhipandemi.
Ketua Jawasastra, Yani Srikandi, mengatakan program Sayembara Misuh Internasional tersebut digelar dengan berlatar belakang misuh yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa.
"Selama ini banyak orang membayangkan kalau kebudayaan adalah sesuatu yang besar, sentris, maupun sesuatu yang luhung. Kita melupakan budaya pinggiran bentuk budaya itu (misuh) eksis. Kami menyadari bahwa kebudayaan misuh itu ada dan mengakuinya," ucapnya, Sabtu (11/7/2020).
Selama ini misuh masih dianggap sebagai budaya yang tabu dalam masyarakat luas. Padahal, budaya misuh sendiri memang sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Jawa.
"Mau dianggap budaya tapi kok kayak gitu, ngisin-isini (malu-maluin)," imbuhnya.
Sayembara misuh sendiri sudah digelar sebelumnya pada 2018 lalu. Isu yang diangkat adalah SARA.
Akhirnya, Jawasastra membuat sayembara misuh bertajuk: misuh memang saru, tapi jangan sampai sara.
"Kebetulan 2018 lalu peminatnya banyak. Pengirim videonya sendiri ada yang melalui tim maupun individu. 166 video terkumpul saat itu. Kami ingin mengulang lagi sayembara misuh pada 2019 dengan tema lingkungan atau ekologi. Namun, gagal dilaksanakan karena situasi politik saat itu," terangnya.
Jawasastra tidak patah arang setelah gagal melaksanakan sayembara misuh pada 2019 lalu. Sayembara misuh dimulai lagi pada 2020 ini dengan mengambil tajuk Misuhi Pandemi.