Cerita Kolektor Sepeda Antik Asal Borobudur Magelang, Ada 3.400 Unit Berbagai Merek
Pramono Budianto mendirikan rental sepeda antik di kawasan Borobudur Magelang bernama Wisata Sepeda by Pram
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
Ada juga paket wisata sepeda yang disediakan olehnya untuk melayani tamu dalam jumlah banyak dengan sepeda ratusan.
Penyewanya kebanyakan dari rombongan wisata atau karyawan perusahaan dan paling ramai saat akhir tahun. Mereka biasanya mengadakan acara gathering dan menyewa sepeda dari rental Pram dan berkeliling melihat kawasan Borobudur.
"Mengapa biaya rentalnya sangat murah, karena jika dihitung pasti tak mungkin akan balik modal. Mengapa, karena saya senang melihat sepeda bisa dikendarai oleh orang-orang lagi," ujar Pram.
Meski banyak sepeda yang lebih modern sekarang, tetapi Pram punya kesukaan tersendiri terhadap sepeda kuno.
Menurutnya, sepeda kuno memiliki tempat tersendiri di hati penggemarnya. Dulu, sepeda simplex salah satu kendaraan yang cukup bagus. Orang sudah cukup dilirik kalau menggunakan Simplex di jalan.
Beda lagi dengan sepeda Gazelle yang dulu jadi simbol kesejahteraan. Orang dipandang karena mengendarai sepeda itu, bahkan bupati dulu juga mengendarai sepeda tersebut. Simplex lebih terjangkau kala itu dan orang-orang yang menengah ke atas dapat memilikinya.
"Pada waktu itu, orang punya sepeda simpleks, mimpinya semua orang. Ki Narto Sabdo, bahkan menciptakan lagu sendiri yang berceritakan Simplex yang menggunakan lampu Berko nganggo berko. Gazelle mahal yang punya bupati dan orang terpandang, simpleks terbeli menjadi orang yang terbeli," tutur Pram.
Merentalkan sepeda kuno terkadang membawa dilema tersendiri. Hanya waktu-waktu tertentu saja, sepeda Pram ramai disewa orang. Kalau pas sepi, terlebih saat pandemi seperti ini, tak ada pemasukan. Pram pun terpaksa menjual sebagian sepeda koleksinya.
Namun, bisnis tetap bisnis. Ia jual sepedanya kepada peminat ataupun kolektor dengan harga yang harus cocok. Harganya pun cukup lumayan saat ini, saat banyak orang meminati sepeda kembali.
Sepeda kuno yang ia beli puluhan tahun silam, sebesar Rp 700 ribu, kini bisa terjual Rp 6 juta, karena barangnya yang sudah langka.
Dulu, Pram memang rajin ngopeni sepeda yang hampir tak ada rupanya dari perosok. Ia beli dan bawa pulang dengan truk. Bagian sepeda yang masih bagus dipisahkan. Bagian yang sudah usang dijual kembali per kilo ke pengepul. Setelah itu, ia rangkai kembali sepeda yang masih bagus dengan bagian yang telah dikumpulkan tadi.
"Sebagian sepeda saya jual kepada peminat atau kolektor asal harganya pas. Saya mulai jual saat keadaan seperti ini, dan saya lihat misi saya sudah sampai. Sekitar 200 unit yang sudah dijual selama pandemi. Tidak apa-apa, karena saya senang melihat orang dapat bersepeda dan mencintai sepeda," tutur Pram.
Kembali ke tujuan Pram menyewakan sepeda antiknya, ia ingin agar orang-orang dapat bersepeda kembali. Meskipun sepeda antik dan kuno akan kalah dengan sepeda modern, bahkan sepeda listrik, tetapi ia ingin agar orang tahu kehebatan sepeda jaman dulu.
Pada masanya, sepeda begitu nyaman, bebas servis, bebas pajak dan dapat membawa orang kemana pun. Ia ingin melihat kejayaan sepeda kembali.
Ada moda transportasi seperti sepeda motor dan mobil membuat banyak orang beralih. Namun, sepeda tetap sepeda seperti dulu. Sepeda adalah kendaraan yang murah dan hemat biaya. Meski banyak yang beralih, tetapi masih banyak lagi yang menaiki sepeda.