Cerita Kolektor Sepeda Antik Asal Borobudur Magelang, Ada 3.400 Unit Berbagai Merek
Pramono Budianto mendirikan rental sepeda antik di kawasan Borobudur Magelang bernama Wisata Sepeda by Pram
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
USIANYA masih belia saat Pram menaiki sepeda pertamanya di Semarang sekitar tahun 1963 silam. Mereknya, Simplex, sepeda tua buatan Belanda, milik ayahnya. Sepulang ayahnya kerja, ia harus diam-diam membawa sepeda itu supaya tak ketahuan. Pram mengayuh sepeda besi itu sampai jauh dan tak pernah berhenti sampai sekarang.
Bagaimana kisahnya Pram dengan 3.400 unit sepedanya saat ini?

Tribunjogja.com Magelang - DARI satu sepeda simplex warisan orangtuanya, kini ia memiliki ribuan sepeda serupa di rumahnya di Jalan Balaputradewa, Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Ribuan sepeda itu, Pram tak sekedar menumpuknya, ia merentalkannya kepada semua yang ingin menaiki sepeda. Ia ingin orang-orang dapat mencintai sepeda lagi seperti dulu.
"Saya mencintai sepeda, karena ini adalah produk teknologi yang luar biasa. Sepeda yang sudah ada sejak abad 18-19, dan masih digunakan sampai sekarang. Bentuknya juga sama seperti itu. Saya dulu bekerja dimana-mana, berkeliling dunia. Saya melihat di Denmark dan negara lain di eropa, banyak orang menggunakan sepeda. Di saat banyak kendaraan sepeda motor dan mobil, saya memimpikan sepeda bisa hidup lagi di Indonesia," kata Pramono Budianto (71) atau akrab dipanggil Pram, saat ditemui di tempat rental sepeda antik miliknya.
Pertama kali, Pram sebagai anak kecil yang bisa menaiki sepeda, melihat dunia, dan bebas pergi kemana-mana sendiri, sejak saat itulah ia jatuh cinta dengan sepeda.
Rasa cinta itu yang membawanya mendirikan rental sepeda antik di kawasan Borobudur bernama Wisata Sepeda by Pram. Misinya agar orang-orang dapat naik sepeda kembali.
"Saya memiliki misi agar orang-orang dapat menaiki dan mencintai sepeda.Untuk itulah, saya mendirikan rental sepeda ini, dimana orang-orang dapat menyewa sepeda dan menaiki produk yang luar biasa ini. Sepeda yang membawa kita kemana saja," tutur Pram.
Tujuh tahun yang lalu, pada tahun 2013, Pram mulai berburu sepeda antik di pasar-pasar tradisional di Solo, Jogja, Kebumen, Jawa Barat hingga Jawa Timur.
Sepeda antik dan tua banyak ditemukan di pasar-pasar desa saat itu. Harganya pun cukup murah.
Sepeda-sepeda itu ia beli dan angkut ke rumahnya. Sepeda yang rusak dipoles dan diperbaiki di bengkel yang juga ada di rumahnya.
Sepeda yang telah berfungsi baik tinggal disewakan. Rental sepedanya resmi dibuka saat itu dan bertahan sampai saat ini.
"Rental ini sudah berumur sekitar tujuh tahun. Lima tahun rental sepeda saya buka, orang silahkan naik sepeda saya. Tak bayar tidak apa-apa. Sempat mati suri. Kemudian, baru bisa hidup lagi tiga tahun lalu. Sekarang rehat sejenak karena ada pandemi, selama empat bulan ini," tutur Pram.
Koleksi sepedanya saat ini sudah mencapai 3.400 unit tersebar di rental yang masih ada di Semarang, Prambanan dan Borobudur. Mereknya berbagai macam seperti Simplex, Gazelle, Fongers, dan Bingress dari Belanda. Ada juga sepeda modern seperti Mamachari dari Jepang, dan sepeda touring.
"Sepeda koleksi saya dari berbagai merek dan negara. Ada yang buatan Eropa Timur, Inggris, Jerman, dan Jepang. Sepeda dari Jepang juga ada. Sepeda Belanda dan lainnya. Jika dihitung sudah ada 3.400 unit," kata Pram.
Pram pun menyewakan sepedanya dengan harga sewa sangat murah. Biaya sewa sehari Rp 15 ribu untuk sepeda tua, sepeda dengan boncengan Rp 25 ribu, dan sepeda touring Rp 100 ribu.