Wabah Virus Corona
Korea Selatan Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona, Masyarakat Tetap Harus Jaga Jarak
Sebagai salah satu negara yang terbilang sukses menyelesaikan pandemi virus corona, Korea Selatan kini menghadapi gelombang kedua. Menurut Direktur
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Rina Eviana
TRIBUNJOGJA.COM, SEOUL - Sebagai salah satu negara yang terbilang sukses menyelesaikan pandemi Virus Corona (COVID-19), Korea Selatan kini menghadapi gelombang kedua.
Menurut Direktur Korea Centers for Disease Control and Prevention (KCDC), Jung Eun Kyeong, gelombang kedua itu sudah mencapai dalam negeri, dengan Seoul menjadi episentrum pandemi.

"Kalau sebuah gelombang didefinisikan sebagai ledakan dari infeksi secara signifikan mengganggu sistem perawatan kesehatan, saya percaya gelombang kedua sedang berlangsung di wilayah Seoul Besar, ”katanya dalam briefing beberapa waktu lalu.
Kepala KCDC mengatakan kenaikan kasus tampaknya berasal dari peningkatan pergerakan selama liburan akhir pekan pada awal Mei.
"Selama kontak dekat antara orang-orang terus berlangsung, tren virus corona di dan sekitar Seoul memiliki potensi untuk gelombang besar berikutnya," katanya.
Ia juga memperingatkan bahwa dengan tidak adanya jarak fisik, gelombang kedua COVID-19 mungkin tiba lebih cepat dari musim gugur atau musim dingin.

"Tujuannya adalah untuk menjaga kecepatan dan ukuran outbreaks di bawah kapasitas kami dan meminimalkan kerusakan sampai ada obat atau vaksin," katanya.
Jung juga mendesak masyarakat untuk tetap memperhatikan jarak fisik satu sama lain. Jangan sampai, justru terlena dengan situasi yang sudah ada.
Sejauh ini, di bulan Juni, jumlah pasien di wilayah Seoul mencapai 788, telah melebihi 505 di bulan Mei dan 412 di bulan April, tumbuh rata-rata 38 orang per hari.
• Bantu Temukan Vaksin, Sekte Shincheonji Berikan Plasma Darah Pasien yang Sembuh dari Virus Corona
Menurut data KCDC, hampir setengah dari pasien baru yang dikonfirmasi minggu lalu berusia 50-an tahun atau lebih tua.

Sementara, jumlah pasien yang sakit parah atau kritis meningkat. Ini berbahaya, sebab rumah sakit akan kekurangan tempat tidur untuk perawatan intensif.
"Kami khawatir Seoul yang berpenduduk padat mungkin menghadapi wabah yang eksplosif dan terkonsentrasi," kata Direktur Rumah Sakit Pemerintah Chung Ki Hyun.
Menyikapi keprihatinan ini, Direktur Kebijakan Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, Yoon Tae Ho menjelaskan pasien tanpa gejala (OTG) dengan simptom ringan akan ditempatkan di fasilitas perawatan, bukan di RS.
Tak hanya itu, Yoon mengungkap, pemerintah sedang mencari solusi seperti shift kerja yang fleksibel bagi petugas kesehatan di garis depan agar mereka tidak terlalu terbebani.

Selain itu, gaun bedah yang lebih ringan dan lebih ramah panas akan didistribusikan di pusat pengujian di seluruh negeri selama bulan-bulan musim panas.